Denpasar (ANTARA) - Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Permana Yudiarso, mengatakan untuk pertama kalinya terjadi peristiwa ikan paus sperma kerdil (kogia sima) mati di pantai, karena diduga hewan itu dikejar predator hingga ke pantai.
"Kami sudah mengonfirmasi terkait video tersebut pada Kamis (18/6) yang terjadi di Pantai Semawang, Sanur, Denpasar, Bali, ke pemilik akunnya. Diduga paus sperma kerdil dengan nama latin dwarf-sperm whale diserang predator hingga ke pantai," jelas Yudiarso setelah dikonfirmasi di Denpasar, Jumat (19/6) malam.
Ia mengatakan dalam upaya menyelamatkan diri dari predator, paus tersebut terus mengeluarkan tinta hitam seperti cumi-cumi terlihat dalam perairan ketika diserang predator.
"Setelah itu, kami menerima laporan bahwa paus itu mati dan ada beberapa oknum memotong untuk dikonsumsi. Paus ini dilindungi oleh negara sehingga upaya pemanfaatan adalah pelanggaran hukum dan dikenakan sanksi pidana bagi pelakunya. Kami berikan sosialisasi kepada pelaku tersebut," katanya.
Baca juga: BPSPL Denpasar tangani paus terdampar di Pantai Lembeng
Yudiarso menjelaskan bahwa mengonsumsi paus juga kurang baik bagi kesehatan tubuh. Selain itu, wilayah perairan Bali selatan merupakan wilayah yang banyak ditemukan paus sperma kerdil, hingga yang terdampar mati di perairan Bali.
Paus yang diduga dikonsumsi sejumlah warga di pesisir Pantai Lembeng Desa Ketewel, Gianyar, Bali, adalah ikan paus yang sama dengan paus yang dikejar predator hiu di Pantai Semawang, Sanur, Denpasar, Bali, pada Kamis (18/6).
"Sepertinya spesies yang sama dilihat dari ciri fisik morfologi dan perilaku, karena ini adalah paus kogia sima atau paus sperma kerdil. Dia diburu predator (dugaan hiu) dan lari menghindar, lalu paus mengeluarkan tinta hitam sebagai bentuk perlindungan diri," katanya.