Badung, Bali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Badung, Bali, berkomitmen memperkuat tata kelola ruang lingkungan hidup yang keberlanjutan untuk mencegah bencana alam, seperti banjir yang terjadi Rabu (10/9).
"Bencana ini merupakan peringatan keras bagi kami semua. Ke depannya pola hidup dan perilaku harus berubah dan lebih berpihak pada kelestarian lingkungan,” ujar Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa saat meninjau posko penanganan bencana di kawasan Kuta, Kabupaten Badung, Minggu.
Ia mengatakan pembangunan di Badung ke depan harus mengedepankan keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan daya dukung lingkungan.
Menurut dia, ruang terbuka hijau akan menjadi prioritas strategis, terutama di kawasan dengan kepadatan pembangunan tinggi, seperti Kuta Utara hingga Badung Selatan.
Untuk itu, Pemkab Badung berkomitmen menjalankan program penghijauan di hulu sungai, pembangunan sodetan baru, serta mengevaluasi izin bangunan di bantaran sungai yang berpotensi mempersempit aliran air.
“Kami tidak boleh lagi hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi. Tanpa ekologi yang terjaga, keberlanjutan pembangunan dan citra Badung sebagai destinasi wisata Internasional akan terancam,” kata dia.
Ia menjelaskan banjir yang melanda wilayah itu tidak hanya dipicu oleh curah hujan ekstrem, tetapi juga diperparah oleh faktor teknis.
Hasil kajian konstruksi menunjukkan adanya penyempitan saluran air di kawasan Sentral Parkir Kuta yang menjadi titik penyumbatan.
“Kami telah menyiapkan rencana pembebasan lahan warga seluas satu are pada tahun 2026 dengan alokasi anggaran sekitar Rp6 miliar. Dengan langkah ini, saluran air dapat dilebarkan sehingga aliran menuju laut lebih lancar,” kata dia.
Ia menambahkan perubahan perilaku masyarakat dalam menjaga ekosistem sungai juga penting dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana.
“Masalah sederhana seperti sampah justru menimbulkan dampak besar. Pemerintah telah menyiapkan fasilitas pengelolaan seperti TPS3R dan TPST. Namun, tanpa budaya disiplin lingkungan, seluruh fasilitas tersebut tidak akan efektif,” demikian Adi Arnawa.
