Denpasar (Antara Bali) - Pengusaha pakaian jadi (Garmen) di Bali mulai melirik pasar dalam negeri (lokal) untuk bisa bertahan hidup, disamping tetap menerima pesanan dari rekan bisnisnya luar negeri dengan jumlah yang terbatas.
"Kami syukur bisa bertahan hidup dengan jumlah pesanan sangat terbatas akibat dari dampak resesi ekonomi yang menimpa konsumen di Amerika Serikat dan Eropa," kata Ni Made Rustina SE, eksportir di Denpasar, Selasa.
Kondisi pasar pakaian jadi buatan Bali merosot ke pasaran ekspor sejak dihapuskannya sistem kuota, sekitar tahun 2000-an kemudian menyusul krisis ekonomi yang dirasakan negara konsumen di negeri adidaya itu.
Disamping pakaian bordiran Pulau Dewata mendapat saingan ketat dari negara produsen di Asia seperti asal China, India, Vietnam dan sebagainya dengan kualitas barang tidak jauh berbeda, tetapi harga jauh lebih murah, katanya.
Wanita tamatan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ini, menghadapi pasar yang semakin seret, mengalihkan pangsa pasarnya ke Australia, disamping melirik pasar lokal, sehingga mampu bertahan hingga sekarang. (*/ADT/T007)