Denpasar (Antara Bali) - Eksportir Nyoman Sukerti meniliai bahwa ekspor pakaian jadi atau garmen dari Bali kini tidak secerah belasan tahun silam.
"Perdagangan pakaian jadi sekarang tidak lagi yang terbesar, sudah melorot dari peringkat pertama menjadi peringkat ketiga setelah kerajinan kayu dan ikan termasuk udang," ujarnya di Denpasar, Kamis.
Ia menyebutkan bahwa pengusaha pakaian di daerah ini sekarang tidak lagi terlalu bergairah, mengingat pangsa pasar yang semakin berkurang, di samping adanya persaingan ketat dari negara tetangga serta kondisi ekonomi konsumen belum pulih benar.
Pengusaha pakaian di daerah ini kini banyak berpaling dengan merebut pangsa pasar lokal hanya untuk bisa bertahan hidup, kata wanita pengusaha tersebut sambil menyebutkan bahwa pembeli tempo dulu kini sudah berusaha di Bali.
Jadi sudah banyak pengusaha garmen di Bali adalah orang asing yang bekerja sama dengan rekan bisnisnya di Bali dengan menguasai pangsa pasar yang ada di negaranya, sehingga pengusaha lokal sedikit berkurang melakukan produksi untuk ekspor.
Badan Pusat Statistik Bali melaporkan bahwa realisasi perdagangan nonmigas daerah ini khususnya pakaian jadi seharga 6,54 juta dolar AS selama Januari 2014, jumlah itu melorot jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya mencapai 6,97 juta dolar AS.
Perdagangan pakaian jadi (garmen) ada diurutan ketiga setelah ekspor aneka kerajinan berbahan baku kayu seharga 11,80 juta dolar selama Januari 2014, menyusul barang berupa ikan dan udang seharga 8,51 juta dolar.
Pakaian buatan Bali itu hampir 20 persen mengisi pasaran negeri Paman Sam tersebut merupakan yang terbanyak, menyusul ke Australia sebanyak 14,79 persen dan diperingkat ketiga adalah konsumen asal Inggris 13,20 persen.
Catatan BPS Bali juga menyebutkan perolehan devisa dari aneka barang nonmigas yang berupa aneka barang kerajinan, pakaian, hasil pertanian perikanan dan perkebunan seluruhnya seharga 50,8 juta dolar AS selama bulan pertama 2014. (WDY)