Denpasar (Antara Bali) - Harga hasil perkebunan rakyat di Bali masih cukup stabil, meskipun terjadi lonjakan atau pengurangan relatif sedikit dan dalam waktu singkat kembali normal, karena mengikuti situasi perkembangan harga di pasar internasional.
"Harga hasil perkebunan yang menjadi mata dagangan antarpulau maupun yang dijual ke pasar ekspor umumnya stabil seperti kopi, kakao, mete, vanili dan cengkeh," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran di Denpasar, Senin.
Ada pun harga hasil perkebunan rakyat daerah ini per 20 Oktober 2015 adalah sebagai berikut. Kopi arabika jenis OSE WP mencapai Rp60.000 per kilogram, tetap sejak 6 Agustus lalu, kopi robusta Rp30.000 per kilogram dari sebelumnya Rp31.000 per kilogram.
Kakao biji fermentasi Rp35.000 dari sebelumnya Rp34.400 per kilogram, biji non fermentasi Rp32.500 naik dari Rp31.400 per kilogram. Jambu mete biji gelondong biasa tetap seharga Rp13.000 per kilogram, biji gelondong organik Rp15.000 per kilogram.
Cengkeh bunga kering Rp 80.000 per kilogram, gagang kering Rp20.000 per kilogram. Vanili polong basah Rp20.000 per kilogram. Tembakau Rp 41.000 berkurang dari sebelumnya Rp60.000 per kilogram.
Dewa Made Buana Duwuran menambahkan, harga kopi yang selama ini menjadi mata dagangan ekspor tampaknya cukup stabil mengikuti perkembangan harga internasional di tingkat petani di kabupaten Jembrana, Buleleng maupun di kabupaten Bangli, baik itu jenis arabika maupun robusta.
Petani Bali harus tetap berbangga karena kopi jenis arabika yang tumbuh di kawasan wisata Kintamani memiliki sejumlah keunggulan dan telah mendapatkan sertifikat IG (Indikasi Geografis) pada tahun 2014.
Dengan masuknya kopi arabika Kintamani sebagai komoditas unggulan nasional, berdampak terhadap prospek pengembangan komoditas tersebut di masa mendatang, disamping saat ini sudah menjadi matadagangan ekspor ke Jepang dan Eropa.
Kopi arabika Kintamani yang berlokasi di daerah berhawa sejuk itu telah mendapatkan sertifikat IG diharapkan akan semakin bergairah para petani dalam memperluas areal tanamnya dan semakin laku ke pasaran mancanegara, harap Dewa Made Buana.
Ia mengakui, harga hasil perkebunan yang ada di Bali cukup stabil belakangan ini akan membantu dalam meningkatkan pendapatan petani, sebab lancar perdagangan hasil perkebunan di dalam negeri maupun ekspor cukup disyukuri. (WDY)
Stabil Harga Hasil Perkebunan Tingkat Petani Bali
Senin, 26 Oktober 2015 15:23 WIB