Denpasar (Antara Bali) - Harga hasil perkebunan rakyat di Bali masih bertahan, walau kondisi perekonomian pasar global belum tumbuh kondusif, sebab perdagangan ini sangat tergantung pada situasi perkembangan harga di pasar internasional.
"Harga hasil perkebunan yang menjadi mata daganganantarpulau maupun yang dijual ke pasar ekspor umumnya bertahan seperti kopi, kakao, jambu mete, vanili dan cengkeh," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran di Denpasar, Kamis.
Ada pun harga terakhir yang dikeluarkan Dinas Perkebunan Bali adalah sebagai berikut. Kopi arabika jenis OSE WP mencapaiRp60.000 per kilogram, tetap sejak 6 Agustus lalu, kopi robusta Rp30.000 perkilogram dari sebelumnya Rp31.000 per kilogram.
Kakao biji fermentasi Rp35.000 dari sebelumnyaRp34.400 per kilogram, biji non fermentasi Rp32.500 naik dari Rp31.400 perkilogram. Jambu mete biji gelondong biasa tetap seharga Rp13.000 perkilogram, biji gelondong organik Rp15.000 per kilogram.
Cengkeh bunga kering Rp 80.000 per kilogram, gagang kering Rp20.000 per kilogram. Vanili polong basah Rp20.000 perkilogram. Tembakau Rp 41.000 berkurang dari sebelumnya Rp60.000 per kilogram.
Dewa Made Buana Duwuran menambahkan, harga kopi yang selama ini menjadi matadagangan ekspor tampaknya cukup stabil mengikuti perkembangan harga internasional di tingkat petani di kabupaten Jembrana, Buleleng maupun di Kabupaten Bangli, baik itu jenis arabika maupun robusta.
Petani Bali harus tetap berbangga karena kopi jenis arabika yang tumbuh di kawasan wisata Kintamani memiliki sejumlah keunggulan dan telah mendapatkan sertifikat IG (Indikasi Geografis) pada tahun2014.
Dengan masuknya kopi arabika Kintamani sebagai komoditas unggulan nasional, berdampak terhadap prospek pengembangan komoditas tersebut di masa mendatang, disamping saat ini sudah menjadi matadagangan ekspor ke Jepang dan Eropa.
Kopi arabika Kintamani yang berada di daerah berhawa sejuk itu telah mendapatkan sertifikat IG diharapkan akan semakin bergairah para petani dalam memperluas areal tanamnya dan semakin laku ke pasaran mancanegara, harap Dewa Made Buana.
Ia mengakui, harga hasil perkebunan yang ada di Bali cukup stabil belakangan ini akan membantu dalam meningkatkan pendapatan petani, sebab lancar perdagangan hasil perkebunan di dalam negeri maupun ekspor cukup disyukuri. (WDY)
Bertahan Harga Hasil Perkebunan Di Bali
Kamis, 19 November 2015 12:12 WIB