Denpasar (Antara Bali) - Menjelang Hari Raya Galungan bagi umat Hindu dan ibadah puasa/Ramadhan bagi umat Islam saat ini, harga sejumlah komoditas hasil perkebunan di tingkat petani di Bali tetap stabil.
Hal itu tidak seperti harga beberapa kebutuhan pokok di daerah tujuan wisata ini yang mulai merangkak naik, kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran di Denpasar, Jumat.
Ia mengakui, harga hasil perekebunan rakyat di daerah ini cukup stabil sejak awal tahun 2015, meski ada beberapa komoditas yang sempat berfluktuasi seperti kakao dan mete yang sifatnya sementara. "Harga sejumlah komoditas perkebunan tampaknya tidak terpengaruh kenaikan sejumlah kebutuhan pokok yang menjadi perbincangan masyarakat," ucapnya.
Adapun harga hasil perkebunan rakyat daerah ini per 10 Juni 2015 adalah, kopi arabika jenis OSE WP Rp51.000 per kilogram, OSE DP Rp26.000/kg, kopi robusta Rp32.000/kg. Kakao biji fermentasi Rp32.000/kg, biji non fermentasi Rp30.500/kg. jambu mete biji gelondong biasa Rp11.000/kg, biji gelondong organik Rp14.000/kg.
Cengkih bunga kering Rp100.000/kg, untuk jenis gagang keringnya Rp20.000/kg. Vanili polong basah Rp20.000/kg dan tembakau Rp60.000/kg. Ia mengatakan, kopi yang selama ini menjadi mata dagangan ekspor harganya di tingkat petani di Kabupaten Jembrana, Buleleng maupun di Kabupaten Bangli, tetap bertahan, baik untuk jenis arabika maupun robusta.
Petani Bali harus tetap bangga karena kopi jenis arabika yang tumbuh di kawasan wisata Kintamani memiliki sejumlah keunggulan dan telah mendapatkan sertifikat IG (Indikasi Geografis) pada tahun 2014, karena banyak memenuhi permintaan konsumen asal Jepang.
Dengan masuknya kopi arabika Kintamani sebagai komoditas unggulan nasional, berdampak terhadap prospek pengembangan budi daya tanaman tersebut di masa mendatang, di samping saat ini sudah menjadi matadagangan ekspor ke Jepang dan Eropa.
Kopi arabika Kintamani di daerah berhawa sejuk yang telah mendapatkan sertifikat IG itu diharapkan akan semakin menggairahkan petani dalam memperluas areal tanamnya dan semakin laku di pasaran mancanegara, harap Dewa Made Buana. Ia mengakui, harga hasil perkebunan di Bali yang belakangan cukup stabil akan membantu dalam meningkatkan pendapatan petani, sehingga perlu disyukuri.
Sesuai catatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali perolehan devisa dari hasil perkebunan rakyat daerah ini bernilai 719 ribu dolar AS selama Januari-April 2015 naik 6,95 persen jika dibandingkan periode sama 2014 yang tercatat 672 ribu dolar AS. (WDY)
Harga Hasil Perkebunan Petani Bali Stabil
Jumat, 12 Juni 2015 10:51 WIB