Denpasar (Antara Bali) - Dewan Harian Angkatan 1945 Provinsi Bali mengharapkan generasi muda mewarisi semangat kepahlawanan para pejuang dengan lebih menonjolkan kesetiakawanan, ikhlas, dan rela berkorban dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
"Ketiga hal itu sangat penting yang kini dibutuhkan bangsa Indonesia untuk membela dan membesarkan bangsa dalam semua aspek kehidupan," kata Ketua Dewan Harian 1945 Provinsi Bali I Wayan Windia di Badung, Jumat.
Windia mengatakan hal itu saat menjadi pembicara Dialog Kebangsaan Lintas Generasi di Monumen Perjuangan Bangsal (MPB) di Desa Gaji, Dalung, Mangapura, Kabupaten Badung, Bali.
Mantan anggota DPR RI itu mengatakan pada zaman penjajahan, semangat setia kawan itu para pejuang kemerdekaan Indonesia kental disertai dengan keiklasan dan rela berkorban.
Namun, katanya, saat ini keikhlasan dan kesetiakawanan sosial hampir tidak ada lagi yang menonjol di antara individu.
Berbagai nilai kepahlawanan itu, katanya, perlu diwariskan kepada generasi muda bangsa.
"Dulu orang Bali ke Jawa dan sebaliknya untuk menumpas penjajah dari muka bumi Indonesia dengan mengorbankan jiwa dan raganya, sekarang nilai-nilai yang demikian itu dapat diaktualisasikan sesuai dengan kepentingan pada zamannya," ujar Windia.
Meskipun demikian, katanya, keikhlasan dan kesetiakawanan harus tetap menjadi landasan dan semangat kepahlawanan, sebagai jati diri bangsa, sebagai semangat yang dimiliki bangsa Indonesia untuk membela dan membesarkan bangsa pada semua aspek kehidupan.
Ia mengemukakan pemerintah perlu memberikan perhatian, kemudahan, dan fasilitas kepada anak-anak pejuang kemerdekaan RI, termasuk masyarakat miskin dalam mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.
"Dengan demikian mereka diharapkan mampu memenangkan persaingan dalam era global, sekaligus memperbaiki tingkat perekonomian, karena fasilitas pendidikan sangat penting untuk menyejajarkan pendidikan dengan negara-negara lain," katanya.
Ia mengatakan penguasaan iptek oleh generasi muda Indonesia, khususnya putra-putri pejuang, sebagai kebutuhan penting, agar Indonesia bisa sejajar dengan negara maju.
Penguasaan iptek, katanya, mengantar Indonesia menjadi mandiri dan berdaya saing di tingkat global, sehingga negara-negara maju tidak bisa lagi "menjajah" Indonesia.
Oleh sebab itu, katanya, perlu komitmen dan kesungguhan dari pemerintah untuk memajukan bidang pendidikan dan aspek kehidupan masyarakat lainnya.
Efektif
Prof Windia yang juga Guru Besar Universitas Udayana itu, menilai dialog kebangsaan di tempat-tempat yang bersejarah, monumen, dan lokasi bekas perjuangan sebagai efektif dalam mewariskan nilai-nilai perjuangan kepada generasi penerus.
Dialog yang dibuka Sekretaris Daerah Kabupaten Badung Kompyang R. Swandika itu menekankan empat pilar, meliputi Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, juga melibatkan para veteran yang secara fisik merebut kemerdekaan RI.
"Sekarang dialog masih bisa menghadirkan para pejuang yang secara fisik ikut terlibat berjuang mencapai kemerdekaan RI, namun 20 tahun mendatang pelaku-pelaku perjuangan itu kemungkinan tidak ada lagi," ujarnya.
Ia mengatakan dialog-dialog kebangsaan yang akan dilaksanakan pada masa mendatang itu akan terasa ada yang kurang, karena tidak lagi melibatkan para pelaku perjuangan kemerdekaan RI.
Dialog Kebangsaan Lintas Generasi yang dihadiri ratusan peserta dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan berbagai elemen masyarakat dilaksanakan atas kerja sama Komando Resimen Mahasiswa Ugracana Bali, Manajemen Monumen Perjuangan Bangsal, dan DHD Angkatan 45 Provinsi Bali.
Empat pembicara lainnya dalam dialog tersebut, Jero Wilaja dari LVRI Bali, Ketua Umum Gerakan Pembudayaan Pancasila Provinsi Bali Dr Made Gede Putra Wijaya, Ketua Umum Perhimpunan Tionghoa Bali Sudiarta Indrajaya, dan Kepala Staf Menwa Ugrasena Bali Hartaka.
Tokoh (penglingsir) Monumen Perjuangan Bangsal (MPB) Dr Bagus Ngurah Putu Arthana mengatakan pihaknya melaksanakan berbagai kegiatan sebagai bentuk pengabdian untuk meneruskan semangat perjuangan kebangsaan leluhurnya dan pejuang lainnya.
Ia mengharapkan kegiatan lainnya dalam menyambut HUT ke-69 RI dapat memberikan makna bagi usaha untuk memperteguh semangat kebangsaan.
Hal itu, katanya, sebagai penting karena dengan semangat kebangsaan siap untuk berkorban bagi bangsa dan negara, sehingga Indonesia bisa merdeka.
Ia mengajak komponen masyarakat untuk memberikan makna bagi kemerdekaan yang diperjuangkan para veteran pejuang dengan tetesan darah.
"Saya yakin bahwa apapun yang kini dapat kita kerjakan, tidak akan sepadan dengan pengorbanan yang dulu dilakukan dengan ikhlas oleh para pejuang kemerdekaan," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan pengurus MPB Bagus Ngurah Rai. Pihaknya selain mengadakan dialog kebangsaan lintas generasi juga menggelar seminar kesehatan pada Sabtu (16/8). (WDY)
DH 1945: Generasi Muda Warisi Semangat Kepahlawanan
Jumat, 15 Agustus 2014 14:54 WIB