Tabanan, Bali (ANTARA) -
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali mendukung pengembangan komoditas kakao di Kabupaten Tabanan, Bali, karena akan mendukung penguatan ekonomi daerah.“Pengembangan ekonomi daerah akan berkontribusi menciptakan ekosistem usaha sehat dan bermanfaat bagi industri jasa keuangan dan petani kakao,” kata Kepala OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu di Tabanan, Bali, Jumat.
Untuk itu, regulator lembaga jasa keuangan tersebut bersama Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPKAD) Kabupaten Tabanan memfasilitasi kerja sama antara Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) perbankan, penjaminan kredit, koperasi, dan petani.
Para pelaku dalam kerja sama itu yakni Bank BPD Bali, Jaminan Kredit Daerah (Jamkrida) Bali Mandara, Koperasi Manik Amerta Buana sebagai pembeli kakao serta para petani kakao yang tergabung dalam tiga kelompok tani yaitu Kakao Mesari, Lembung Sari, dan Subak Abian Waru.
Para pihak tersebut menyepakati kerja sama untuk mengembangkan komoditas kakao sebagai salah satu unggulan Tabanan.
Kerja sama itu memastikan proses hilirisasi, tersedianya akses permodalan, adanya pasar/pembeli, hingga program pendampingan kepada petani.
Sementara itu Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan I Gusti Ayu Sintha mengungkapkan dengan kerja sama itu dapat memangkas persoalan modal yang kerap menghambat kinerja para petani kakao.
“Dengan adanya modal maka petani dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas hasil pertanian sekaligus mendukung program pemerintah daerah dalam menyejahterakan petani,” imbuhnya.
Berdasarkan data OJK, penyaluran kredit di Bali yang diserap sub sektor perkebunan kakao pada Agustus 2025 mencapai Rp6,6 miliar dengan tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) tetap tergolong rendah di bawah satu persen.
Pada 2024, lanjut dia, juga telah dilakukan program pengembangan ekonomi daerah komunitas kakao di Kabupaten Jembrana dengan penyaluran pembiayaan kepada petani kakao sebesar Rp1,39 miliar.
Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat Kabupaten Tabanan menjadi daerah dengan hasil perkebunan kakao terbesar di Pulau Dewata pada 2024 mencapai 937 ton atau 19,46 persen dari total produksi di Bali.
Adapun luas perkebunan kakao di Bali mencapai 13.452 hektare dengan total produksi pada 2024 mencapai 4.815 ton.
