Komunitas drone atau pesawat nirawak di Kabupaten Buleleng, Bali mencetak atlet berprestasi di Pulau Dewata untuk tampil pada gelaran PON Tahun 2024.
"Komunitas kami bernama 'Buleleng First Person View (FPV)'. Selain sebagai komunitas pekerjaan dan jasa, komunitas juga berhasil menunjukkan prestasi. Salah satu anggota kami akan tampil pada PON tahun ini," kata salah seorang anggota FVP Drone, Made Sunarya di Singaraja, Buleleng, Selasa.
Menurutnya, komunitas tersebut berawal dari berkumpulnya orang-orang yang menyukai drone secara spontanitas, baik dari fotografi maupun videografi.
Made Sunarya menerangkan jumlah anggota komunitas Buleleng FPV kurang lebih 26 orang dari berbagai kalangan dan jenjang usia. Tidak ada syarat usia untuk bergabung dalam komunitas, cukup dengan memiliki FPV drone, maka sudah bisa bergabung dalam komunitas.
Selama perjalanannya, anggota Buleleng FPV dalam kegiatan rutinitas yang pada awalnya hanya sekedar menyalurkan hobi, kini banyak yang mampu menghasilkan uang dari jasa videografi dan acara-acara lainnya.
“Hobi kami ini mulai menghasilkan uang, itu bisa kami dapatkan berkat latihan berbulan-bulan pengambilan footage (video) melalui Kopdar bersama anggota,” terang Made Sunarya.
Ia mengatakan eksistensi Buleleng FPV juga mampu memikat komite olahraga dan telah meresmikan drone race (F9U) yang dinaungi FASI di bawah naungan KONI Buleleng.
Made Sunarya meyakini secara bertahap Buleleng FPV nantinya mampu mencetak lebih banyak lagi atlet berprestasi demi mengharumkan nama Buleleng di kancah nasional.
Disinggung cara bergabung dalam komunitas, pihaknya menerangkan Buleleng FPV sangat terbuka kepada semua masyarakat Buleleng. Tidak perlu melakukan pendaftaran, apalagi syarat-syarat yang berbelit.
“Kami punya akun media sosial (medsos) untuk komunitas, nanti tinggal hubungi saja kami di instagram. Sekedar tanya-tanya boleh, ikut bergabung juga diperbolehkan. Kami sangat terbuka dan kami akan ajarkan sampai bisa,” ujarnya.
Terkait eksistensi, keberadaan komunitas drone di Buleleng kini tidak lagi menjadi hal yang langka, sering dijumpai di berbagai tempat, seperti di daerah tujuan wisata (DTW), pantai, bukit, bahkan di seputar Kota Singaraja.