Denpasar (Antara Bali) - Rektor Universitas Udayana (Unud) Prof Made Bakta menginginkan adanya sinkronisasi proses digitalisasi lontar kuno di Bali untuk menghindari terjadinya tumpang tindih.
"Kami ingin ada sinkronisasi karena di Dinas Kebudayaan Badung kami dengar juga dilakukan digitalisasi lontar. Demikian pula di Pusat Dokumentasi Disbud Bali," katanya di sela-sela peresmian Unit Pelayanan Teknis (UPT) Perpustakaan Lontar Unud di Denpasar, Rabu.
Digitalisasi lontar, menurut dia, sangat penting untuk menyelamatkan isi lontar-lontar kuno yang banyak mengandung nilai kearifan lokal, sekaligus menarik minat generasi muda untuk mempelajarinya.
Di sisi lain, lanjut dia, dengan telah didigitalisasi akan memudahkan dibangunnya jaringan internasional karena tidak sedikit lontar penting yang sudah berada di luar negeri.
Bakta menambahkan bahwa Unud tahun depan mengalokasikan anggaran Rp150 juta untuk proses digitalisasi lontar yang ada di kampus setempat.
"Dari UPT yang ada ini, kami harapkan nanti dapat mengoordinasikan dengan pemerintah daerah dalam proses digitalisasinya," ucapnya.
Sementara itu, Kepala UPT Perpustakaan Lontar Unud I Gde Nala Antara mengatakan, jumlah koleksi lontar di sana sebanyak 950 "cakep" atau bendel.
Ia menambahkan bahwa usia lontar bervariasi, bahkan ada yang berasal dari era 1.500 Masehi. Masyarakat umumnya menyerahkan lontar milik mereka kepada pihak kampus. (LHS/T007)