Denpasar (Antara Bali) - Dinas Kebudayaan Provinsi Bali akan melakukan proses digitalisasi terhadap karya-karya tulis dalam aksara bali yang terdapat dalam sejumlah lontar.
"Digitalisasi yang dimaksud adalah memasukan tulisan aksara bali kuno tersebut melalui proses komputerisasi dan kemudian akan dibuatkan website tersendiri yang sudah diberikan kode tertentu," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Ketut Suastika di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, suatu saat nanti, tulisan dalam lontar tersebut bisa diakses oleh para pengguna dunia maya di seluruh dunia.
"Dengan demikian budaya Bali akan lebih mudah dikenal di dunia karena bisa diakses melalui internet," katanya.
Dikatakan, proses digitalisasi tersebut dilakukan atas kerja sama dengan sebuah lembaga kebudayaan di Amerika Serikat.
"Mereka dengan sukarela membantu Pemprov Bali untuk melakukan proses tersebut. Mulai dari pengambilan gambar hingga memasukan data-data ke dalam sebuah situs khusus, sehingga para pengguna internet tinggal mengunduh, bila ingin mempelajari tulisan aksara bali kuno yang kaya akan pesan moral dan berbagai pesan lainnya," ujar lelaki asal Desa Rijasa, Kabupaten Tabanan, itu.
Prosesnya, kata Suastika, lontar-lontar tersebut terlebih dahulu akan dicuci agar tulisannya bisa mudah dibaca oleh kamera saat dilakukan pengambilan gambar.
Setelah gambar direkam, maka Dinas Kebudayaan Bali akan memanggil penerjemah dan penutur yang ahli dalam membaca aksara bali kuno itu.
Dikatakan, hasil terjemahan tersebut juga akan direkam untuk kemudian ditulis dalam bahasa Indonesia.
"Bahkan, saat muncul di situs nanti, akan diterjemahkan dalam tiga bahasa, yaitu bahasa asli Bali kuno, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris," katanya.
Suastika mengatakan, proses tersebut sudah berjalan selama tiga hari dan perkirakan baru bisa selesai dalam waktu satu bulan ke depan. Dalam satu bulan tersebut hanya dilakukan rekaman gambar dari lontar-lontar.
Setelah direkam, lanjut Suastika, tugas berikutnya adalah menerjemahkan bahasa bali kuno ke bahasa Indonesia.
"Kami perkirakan keseluruhan proses tersebut hingga muncul di situs memerlukan waktu dua sampai tiga tahun ke depan," katanya.
Saat ini Dinas Kebudayaan Bali sudah menyiapkan 1.000 lontar bertuliskan untuk dilakukan proses digitalisasi. Lontar tersebut berusia lebih dari 50 tahun ke atas dan dikumpulkan dari berbagai bekas kerajaan Bali kuno.
"Isi lontar tersebut berisi tentang agama, budaya, pertanian, pengobatan atau ramuan, bahkan tentang nilai-nilai moral yang menjadi tuntunan kerajaan-kerajaan di Bali pada masa lalu," kata Suastika.(*)