Denpasar (Antaranews Bali) - Dinas Kebudayaan Kota Denpasar dengan menggandeng Dgital Repository Of Endengered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (DREAMSEA) melestarikan karya sastra lontar Bali dengan menggunakan sistem digitalisasi.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar I Gusti Ngurah Bagus Mataram di Denpasar, Bali, Minggu menjelaskan keberadaan lontar sebagai warisan budaya Bali, khususnya bidang sastra sangatlah penting. Dimana, beberapa lontar menyimpan nilai penting peradaban, tata cara pengobatan tradisional, sejarah, serta masih banyak yang lainnya.
"Lontar merupakan kebuadayaan Bali di bidang sastra, karena dalam lontar banyak terdapat nilai serta ilmu-ilmu yang menceritakan kehidapan masyarakat Bali terdahulu," ujarnya.
Mataram mengatakan, lontar yang sebagian besar bahannya terbuat dari daun lontar menjadikan lontar rentan mengalami kerusakan. Namun demikian, guna menghindari kerusakan tersebut sistem digitalisasi merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan.
"Mengingat masih banyak masyarakat yang menganggap lontar itu 'tenget' (sakral) dan rentan rusak, maka dengan digitalisasi isi lontar tersebut sudah tersimpan dan dapat dibaca tanpa membuka cakupan lontar aslinya," kata Mataram.
Sementara itu, seorang Tim Cagar Budaya Kota Denpasar Yudhu Wasudewa berharap langkah ini sebagai kegiatan percontohan dalam pelestarian lontar dengan sistem digitalisasi. Upaya seperti ini sangat langka mengingat cakupan kewilayahan digital manuskrip DREAMSEA adalah Asia Tenggara.
"Usaha awal kerja sama yang kiranya dapat terus berlanjut, pelestarian ini selain dilakukan upaya konservasi, juga dilakukan digital yang nantinya dapat diakses melalui online," katanya.
Bahkan pihaknya juga menjelaskan adanya kemungkinan cakupan lontar di Kota Denpasar yang dapat digolongkan sebagai cagar budaya. Dimana, syarat sebuah cagar budaya yakni memiliki usia lebih dari 50 tahun.
Adapun manuskrip atau naskah lontar yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya nasional adalah naskah lontar Negara Kertagama karya Mpu Prapanca pada masa Majapahit (1286 saka /1365 masehi) yang disadur atau disalin kembali pada tahun 1665 Saka / 1740 masehi) ditemukan di Puri Cakranegara Lombok.
Yudhu Wasudewa juga mengatakan bahwa digitalisasi ini merupakan kerja sama antara Perpustakaan Nasional Jakarta, UIN Syarif Hidayatulah, Hamburg University Jerman, Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Aliansi Peduli Bahasa Bali, dan Penyuluh Bahasa Bali.
Untuk diketahui bahwa hingga saat ini terdapat ribuan lontar di Kota Denpasar yang tersimpan di pura, puri, geriya, dan kediaman pribadi. Namun demikiaan diperkirakan masih ada beberapa lontar di perumahan warga yang belum terdata.
Dan dari keseluruhan jumlah lontar di Kota Denpasar, sebanyak 35 cakup dengan jumlah halaman sebanyak 3.751 telah direkam menggunakan sistem digitalisasi.(ed)