Singaraja (ANTARA) - Umat Hindu di Bali melakukan upacara Wanaralaba di Pura Pulaki, Kabupaten Buleleng, Bali, yakni ritual pemberian makan berupa bunga dan buah-buahan untuk kera yang hidup di kawasan pura.
Upacara Wanaralaba diadakan rutin saat Upacara Pujawali di Pura Agung Pulaki dan pura-pura lain di sekitarnya yang bertepatan jatuh pada purnama kapat atau bulan purnama ke empat sesuai perhitungan kalender Bali. Untuk tahun ini, Wanaralaba dan Pujawali dilaksanakan pada purnama kapat, Kamis (1/10/2020).
"Wanaralaba adalah sebuah tradisi yang sudah berjalan secara turun-temurun sebagai wujud syukur dan terima kasih kepada Tuhan. Apapun yang merupakan hasil bumi seperti jagung, pisang dan buah lainnya, kita wajib mempersembahkannya," kata Kelian Ageng (Ketua) Pengurus Pengempon Pura Agung Pulaki, Jro I Nyoman Bagiarta.
Baca juga: 2.000 ekor kera huni objek wisata Alas Kedaton (video)
Menurut Bagiarta, Wanaralaba wajib dilakukan setiap purnama kapat, meskipun sebenarnya pemberian makan kepada kera tetap dilakukan setiap hari. "Upacaranya pada purnama kapat, namun pemberian makan bahkan dilakukan tiga kali dalam sehari," katanya.
Dana untuk pembelian pakan kera ini bersumber dana dari punia (sumbangan) dari masyarakat umum yang mempersembahkan secara langsung saat melaksanakan persembahyangan. Belakangan bahkan kualitas makannya ditingkatkan sehingga kera itu tidak nakal seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Makannya, pagi jagung, siang buah dari ketela, tomat dan pisang," katanya dalam upacara yang juga dihadiri Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana bersama rombongan dari Pemkab Buleleng.
Rangkaian upacara Pujawali di Pura Agung Pulaki biasanya dilakukan selama tujuh hari, namun untuk tahun ini berlangsung selama tiga hari terhitung mulai tanggal 1 sampai 3 Oktober 2020. Pemangkasan ini dilakukan untuk mengurangi kerumunan dan interaksi antar pemedek (umat) sesuai dengan protokol kesehatan COVID-19.
Baca juga: Pura Pulaki dan upacara untuk kera
Bupati Putu Agus Suradnyana mengatakan, pada upacara ini kera-kera diberikan makanan berupa buah lokal, seperti buah jeruk, pisang, dan anggur. Selain itu juga diberikan bunga gumitir dan telur ayam.
"Ini menunjukkan bahwa penggunaan buah lokal di Kabupaten Buleleng nampaknya sudah mulai dilakukan oleh kalangan masyarakat Buleleng, baik sebagai sarana upacara maupun konsumsi pribadi," kata Bupati.
Agus Suradnyana menekankan kepada jajarannya agar seluruh aparatur sipil negara (ASN) Kabupaten Buleleng menggunakan buah lokal, baik sebagai sarana upacara maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Dengan menggunakan buah lokal dipastikan putaran perekonomian di Buleleng akan semakin meningkat khususnya pada sektor pertanian.
"Kalau buah lokal terserap dengan baik maka mereka (petani) akan menjaga kualitas buahnya," katanya.