"Binatang jenis primata itu hidup jinak di alam bebas, sehingga memiliki daya pikat untuk menarik kunjungan pelancong," kata Sekretaris Desa Adat Kukuh Tabanan, I Gusti Ngurah Pujayasa, di Tabanan, Senin.
Ia mengatakan, objek wisata Alas Kedaton tersebut dikelola oleh Desa Adat Kukuh, Tabanan dan bertepatan dengan Tumpek Kandang, yang jatuh pada hari Sabtu (20/1) digelar ritual khusus untuk menghormati binatang piaraan, termasuk kera.
Kegiatan ritual itu dilengkapi dengan puluhan "Gebogan", rangkaian janur kombinasi kue dan aneka jenis buah-buahan. "Gebogan" dalam berbagai bentuk dan ukuran itu sempat diarak warga mengitari pura yang ada di tengah hutan (alas) Kedaton.
Gebogan setinggi dua meter itu seusai kegiatan ritual "Tumpek Kandang" diperuntukkan bagi ribuan ekor kera penghuni Alas Kedaton. Ribuan kera itu berebut berbagai jenis buah-buahan yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
I Gusti Ngurah Pujayasa menjelaskan, kegiatan ritual "Tumpek Landep" bagi kera di Alas Kedaton digelar secara berkesinambungan setiap 210 hari sekali sebagai bentuk rasa syukur warga Desa Kukuh terhadap karunia yang diberikan sehingga bisa mensejahterakan masyarakat dengan menjaga alam beserta isinya.
Selain itu juga sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan terhadap ribuan ekor kera penghuni Alas Kedaton.
Sementara Pascal Perrotey, seorang wisatawan asal Perancis mengaku, sangat senang menyaksikan ribuan ekor kera berebut aneka jenis buah-buah seusai kegiatan ritual di Alas Kedaton.
"Hal itu sangat unik dan luar biasa, bahkan masyarakat bisa menyatu dan akrab dengan binatang kera yang jinak itu. Baru kali ini saya melihat di Bali hubungan manusia dan binatang begitu erat," ujar Pascal Perrotey. (WDY)
Video oleh Pande Yudha