Denpasar (ANTARA) - PT Zurich Asuransi Indonesia Tbk (ZAI) mempercepat proses klaim bencana banjir di sebagian wilayah Bali yang terjadi pada September 2025 dengan estimasi total nilai klaim mencapai lebih dari Rp30 miliar.
"Ketika bencana musibah terjadi, kami fokus memastikan proses klaim berjalan efektif dan efisien sehingga nasabah dapat bangkit lebih kuat," kata Chief Claim and Service Officer ZAI Auralusia Rimadiana di Denpasar, Bali, Senin.
Pihaknya telah menerima laporan lebih dari 140 pemegang polis asuransi yang sebagian besar klaim berasal dari lini asuransi properti, disusul oleh lini kendaraan bermotor.
Pihaknya membuka layanan komunikasi melalui telepon (hotline) 24 jam dan menerapkan proses klaim jalur cepat khusus untuk kasus terkait bencana alam itu sehingga penyelesaian klaim dapat dilakukan lebih cepat dan minim kendala.
Ia menekankan pentingnya mempersiapkan diri dengan perlindungan yang memadai menyikapi cuaca ekstrem yang terjadi seperti saat ini.
"Perlindungan asuransi berperan sebagai sabuk pengaman yang membantu individu maupun bisnis pulih lebih cepat," ucapnya.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir dan tanah longsor di sebagian wilayah Bali pada 9-10 September 2025 menyebabkan 18 orang meninggal dunia.
Banjir juga menimbulkan kerusakan pada infrastruktur dan rumah warga, dengan jumlah 6.309 kepala keluarga terdampak banjir bandang disertai longsor.
BNPB mencatat sebanyak 520 unit fasilitas umum rusak, tiga jembatan putus, 23 titik jalan rusak, 82 tembok jebol, dan 194 rumah rusak di Bali.
Sementara itu, perusahaan asuransi tersebut menempatkan cuaca ekstrem sebagai salah satu risiko penting, baik jangka pendek maupun jangka panjang, yang sudah menimbulkan dampak nyata masa kini.
Dalam Laporan Risiko Global oleh Forum Ekonomi Dunia pada 2025 disebutkan bahwa dampak cuaca ekstrem seperti banjir, merupakan salah satu di antara lima risiko yang paling diwaspadai di Indonesia.
BNPB mencatat hingga awal Desember 2025 telah terjadi 3.042 kejadian bencana, yang sebagian besar merupakan bencana hidrometeorologi, yaitu bencana yang dipicu oleh perubahan parameter atmosfer (meteorologi), seperti curah hujan, suhu, kelembaban, dan angin.
Bencana tersebut berdampak langsung pada masyarakat,termasuk permukiman, fasilitas usaha, transportasi, hingga aktivitas ekonomi masyarakat.
Di sisi lain, pihaknya juga telah menyalurkan bantuan sosial kepada korban terdampak bencana alam di Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Melalui Palang Merah Indonesia (PMI) pihaknya menyalurkan perlengkapan darurat termasuk perlengkapan kebersihan, logistik keluarga, bahan makanan, serta kebutuhan dasar lainnya seperti kebutuhan bayi, kelambu, selimut, pakaian, sarung, terpal, dan perlengkapan harian lainnya untuk membantu pemulihan korban banjir.
