Center of Reform on Economics (CORE) memproyeksikan agenda Pemilihan Umum 2019 menjadi salah satu faktor, yang menopang ekonomi Indonesia pada triwulan I 2019 (kuartal pertama) akan mencapai 5 persen.
"Menjelang pemilu, konsumsi rumah tangga cukup baik sehingga menopang perekonomian nasional kuartal pertama tahun ini mencapai lima persen," ujar Direktur Eksekutif CORE Mohammad Faisal dalam diskusi dengan media bertajuk "Review Ekonomi Triwulan I 2019 dan Jelang Debat Capres ke-5" di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 58 persen terhadap ekonomi nasional, sekaligus menahan dampak negatif dari perlambatan ekonomi global.
"Konsumsi masyarakat itu cukup membantu dalam meredam guncangan eksternal. Namun, untuk jangka menengah dan panjang pertumbuhan ekonomi juga harus ditopang sektor lainnya seperti industri manufaktur agar mencapai tujuh persen," katanya.
Sebenarnya, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi lima persen cukup baik. Namun, target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan pemerintah sebagaimana tertera di RPJMN 2015-2019, yaitu dimulai dari 7,1 persen (2017), 7,5 persen (2018), dan 8,0 persen (2019) harus tetap diusahakan.
Menurut dia, untuk mencapai target itu pemerintah harus mampu membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas. Tingkat pengangguran terbuka memang menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir, hingga mencapai 5,34 persen pada tahun 2018.
"Industri manufaktur memiliki daya penyerapan tenaga kerja yang besar. Namun, pertumbuhan industri itu belum terlalu baik," katanya.
Membaiknya industri manufaktur, ia meyakini, Indonesia dapat keluar dari ancaman middle income trap (jebakan kelas ekonomi menengah) pada tahun 2030 mendatang.
"Pertumbuhan ekonomi harus lebih dari tujuh persen. Dengan begitu Indonesia akan lepas dari 'middle income trap'. Perjalanan masih panjang untuk ke 'high income trap'," katanya.