Gempa bumi, tanah longsor atau bencana alam lainnya seperti nyaris tidak pernah absen terjadi di berbagai tempat, apalagi Indonesia yang memang merupakan daerah rawan bencana. Di berbagai Negara, baik itu Negara maju ataupun yang berkembang, selalu ada bencana alam yang kadang tidak terduga, meskipun sudah memiliki alat alat yang canggih untuk memperkirakan hal tersebut.
Bencana gempa bumi yang terjadi beberapa waktu lalu di Lombok terasa hingga di Bali. Dampak bencana tersebut selain berupa dampak kerusakan bangunan dan barang, dampaknya juga membuat rasa trauma yang mendalam. Kecemasan, ketakutan dan gangguan tidur kerap terjadi pada masyarakat yang mengalami bencana.
Kita tidak pernah benar benar siap secara mental menghadapi bencana, seberapa seringpun kita melakukan simulasi atau membaca tips tentang penanganan bencana. Bencana alam selalu memberikan hentakan emosi yang tidak terduga. Kembali lagi bahwa apa yang diciptakan Tuhan tentunya jauh lebih besar dari apa yang diperkirakan oleh manusia.
Namun masyarakat tidak boleh terlalu larut dalam kondisi emosional yang terpuruk, kembali menata emosi dan bangkit dari rasa trauma adalah hal utama yang harus dilakukan. Pemberdayaan masyarakat setempat oleh tenaga medis, psikolog dan konselor agar mampu menjadi "helper" bagi diri mereka sendiri sangat penting dilakukan, selain memberikan konseling individual.
Masyarakat harus memiliki sedikit bekal atau keilmuan tentang bagaimana saling menguatkan satu dengan yang lainnya secara mental. Jika Anda melihat atau mengalami orang orang di sekitar lokasi bencana mulai mimpi buruk, histeris, merasa hampa atau pikiran yang kosong, serta tidak memiliki minat dalam beraktifitas sehari-hari, maka seseorang tersebut bisa jadi mengalami depresi.
Jika ketakutan-ketakutan yang dirasakan memberikan gangguan perilaku berupa histeris, merasakan kejadian yang telah terjadi seolah terjadi kembali atau mimpi buruk yang seolah-olah nyata, sehingga orang tersebut berkeringat dan merasa sensasi tercekik, maka bisa saja orang tersebut mengalami Post Traumatik Syndrom Disorder atau yang dsingkat dengan PTSD.
Dan, jika seseorang yang mengalami bencana menjadi cemas setiap saat dan sulit tidur bisa jadi orang tersebut mengalami gangguan cemas.
Lalu hal hal apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan keluhan psikis yang terjadi?.
1. Perhatian, bentuk perhatian yang diberikan bisa di dapat dari tenaga medis, psikolog, psikiater atau relawan yang memiliki latar belakang ilmu konseling. Dapat mendengar keluhan dan kesedihan yang dialami korban bencana adalah obat secara mental agar emosi yang menghimpit dapat memberikan kelegaan setelah bercerita. Support secara mental dan emosional sangat berpengaruh terhadap cepat atau tidaknya korban bencana akan pulih. Ajarkan mereka mengambil hikmah dari kejadian bencana yang telah dialami, bimbing agar korban mambuat rencana kedepan, sehingga tidak terlalu terpuruk dengan perasaan sedihnya.
2. Dukungan keluarga, keluarga yang dimaksud bukanlah keluarga inti saja, keluarga jauh atau masyarakat sekitar juga bisa berperan sebagai keluarga sepenanggungan. Berikan dukungan kepada korban bahwa dia tidak mengalami ini sendirian dan yakinkan bahwa keluarga akan selalu mendukung dan tidak membiarkan korban menanggung kedukaan sendirian.
3. "Mindset" positif, ajak korban memperbaiki "pola pikir" yang bisa saja salah, misalkan korban menganggap bahwa bencana yang terjadi karena dosa atau kesalahannya dimasa lalu sehingga bencana adalah hukuman yang patut di terima. Lakukan "self healing" dengan mengatur napas dan menerima kesedihan serta kedukaan yang terjadi kemudian belajar perlahan mengikhlaskan kejadian yang menimpa dapat meringankan perasaan buruk yang tengah terjadi.
4. Kegiatan yang positif, melakukan kegiatan yang positif dapat membangkitkan semangat korban untuk melanjutkan hidup dengan semangat yang baik. Memperbaiki kerusakan rumah atau membuat kerajinan yang dapat dimanfaatkan serta membantu memasak di posko pengungsian dapat membuat korban merasa berguna dan mengalihkan pikiran pikiran negatif lainnya.
Akhirnya, memahami bahwa semua yang ada di dunia tidak semua dapat diprediksi dan alam serta isinya adalah titipan Tuhan akan meringan perasaan kita. Tidak semua hal dapat kita kontrol namun kita dapat memilih aktifitas positif serta pola pikir mana yang dapat mempercepat dan meringankan dalam melewati kesedihan maupun kecemasan. (*)
-----------
*) Penulis adalah Psikolog Klinis dan Hipnoterapis di Poli Psikiatri RSUD Wangaya Kota Denpasar, konsultan psikologi masalah anak dan remaja, dan penulis masalah psikologi klinis yang tinggal di Jalan Gunung Ringin III/6 (perumnas), Denpasar, Bali (081 999 481 222).
**) Simak Juga :
Baca juga: Menunjukkan apresiasi yang tepat
Baca juga: Menjadi Penyembuh Bagi Diri Sendiri (Self Healing)
Baca juga: Jika Kakak-Adik Suka Berantem
Baca juga: Kiat beradaptasi di lingkungan kerja baru
Baca juga: Aerophobia (takut naik pesawat)
Baca juga: Mengatasi Kecemasan Pasca Gempa
Baca juga: Psikolog-Dosen Komunikasi Bali motivasi peserta SMN Kaltim
Mengatasi Kecemasan Pasca Gempa
Kamis, 16 Agustus 2018 12:09 WIB
Jika ketakutan-ketakutan yang dirasakan memberikan gangguan perilaku berupa histeris, merasakan kejadian yang telah terjadi seolah terjadi kembali atau mimpi buruk yang seolah-olah nyata, sehingga orang tersebut berkeringat dan merasa sensasi terceki