Jakarta (Antara Bali) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan, kemitraan strategis dapat memperluas dan memperdalam hubungan bilateral Indonesia dan Amerika Serikat (AS), demikian menurut keterangan pers Kementerian Luar Negeri yang diterima di Jakarta, Sabtu.
"Kemitraan strategis Indonesia-AS akan terus memperluas dan memperdalam hubungan bilateral, yang tidak saja memberikan manfaat bagi kedua rakyat, namun juga dapat memberikan kontribusi untuk mempertahankan stabilitas, keamanan dan peningkatan kesejahteraan di kawasan dan dunia," kata Menlu Retno.
Pernyataan tersebut disampaikan Menlu RI setelah melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu AS, Rex Tillerson di Washington D.C. pada 4 Mei 2017.
Dalam pertemuan itu, kedua Menlu sepakat untuk mengoptimalkan dan menyinergikan mekanisme dialog di berbagai area kerja sama. Sebagai payung kerja sama strategis, mekanisme dialog pada tingkat Menlu diharapkan dapat mengidentifikasi hambatan dan memajukan implementasi dari kerja sama strategis kedua negara.
Dalam bidang ekonomi, Menlu Retno dan Menlu Tillerson membahas penguatan mekanisme keja sama ekonomi RI-AS, yang diharapakan tidak saja meningkatkan nilai perdagangan dan investasi kedua negara, namun juga mendorong kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan.
Terkait hal itu, kedua Menlu sepakat untuk segera merevitalisasi mekanisme "Indonesia-US Trade Investment Framework Arrangement" (TIFA), yang akan memulai pertemuan pada Juni 2017.
"TIFA tidak saja diharapkan untuk segera mendorong pertumbuhan perdagangan dan investasi, namun juga dapat mengindentifikasi langkah yang dibutuhkan kedepan untuk meningkatkan interaksi kerja sama ekomomi kedua negara," ujar Menlu Retno.
Terkait dengan upaya global melawan radikalisme dan terorsime, kedua Menlu sepakat pentingnya untuk melawan ideologi radikal melalui pendekatan soft power. Retno menegaskan pendekatan soft power juga harus meliputi upaya memberdayakan masyarakat di tingkat akar rumput, khususnya di bidang ekonomi.
Menanggapi hal itu, Menlu AS mengajak Indonesia, sebagai negara yang memiliki kredensial negara Muslim terbesar di dunia yang demokratis dan toleran, untuk bekerja sama dalam mengembangkan strategi soft power AS.
Selain itu, kedua Menlu juga menekankan pentingnya untuk tingkatkan kerja sama dalam mengatasi aliran dana bagi kegiatan terorisme. (WDY)