Denpasar (Antara Bali) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali mengharapkan distribusi beras sejahtera (rastra) dapat menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok masyarakat itu sekaligus menjaga inflasi daerah.
"Ini dapat mengurangi tekanan kenaikan harga beras di Provinsi Bali," kata Wakil Ketua TPID Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Selasa.
Perum Bulog Divre Bali menjadwalkan realisasi beras rastra atau yang sebelumnya disebut beras miskin itu pada minggu terakhir Januari 2016.
Dengan distribusi yang menyeluruh kepada setiap rumah tangga sasaran di masing-masing kabupaten/kota, maka diharapkan tidak ada kelangkaan beras.
TPID Bali, bersama Bulog dan instansi terkait lainnya menjadwalkan operasi pasar dan pasar murah untuk mengantisipasi lonjakan harga menjelang Hari Raya Galungan yang jatuh pada 10 Februari 2016.
Sementara itu Kepala Perum Bulog Divisi Regional Bali, Mansyur Singgih menjelaskan bahwa saat ini di Pulau Dewata tersedia sekitar 12 ribu ton beras yang diprediksi bertahan hingga lima bulan mendatang.
Dari jumlah itu, sembilan ribu di antaranya merupakan beras impor dari Vietnam dan Thailand yang juga dialokasikan untuk distribusi beras sejahtera.
"Beras tersebut sudah siap didistribusikan dan kini disimpan di masing-masing gudang Bulog," katanya.
Bali sendiri, ucap dia, mendapatkan jatah 20 ribu ton beras impor yang dikirimkan ke Pulau Dewata secara bertahap.
Tahap pertama beras sudah dikirimkan ke Bali pada periode akhir Desember hingga awal Januari 2016 dan tahap berikutnya akan menyusul bertahap.
Untuk distribusi rastra, pihak Bulog harus mendapatkan surat permintaan alokasi (SPA) dari pemerintah kabupaten/kota untuk didistribusikan kepada rumah tangga sasaran.
Terkait jumlah konsumsi beras rata-rata per bulan di Bali, lanjut dia, diperkirakan mencapai sekitar 2.600 ton. (WDY)