Denpasar (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Bali meminta masyarakat mewaspadai lonjakan Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai dari penghujung November 2025 ketika musim hujan.
“Salah satu variabel peningkatan kasus DBD adalah curah hujan, sehingga pola tahunan biasanya akan terjadi peningkatan kasus DBD diawali pada akhir November,” kata Kepala Dinkes Bali I Nyoman Gede Anom.
“Masyarakat waspada terhadap penyakit DBD, bila mengalami keluhan demam mendadak lebih dari dua hari agar memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan,” sambungnya di Denpasar, Selasa.
Gede Anom menjelaskan prediksi akan terjadi kenaikan angka DBD berdasarkan fakta riil analisis data surveilans yang dikerjakan Dinkes Bali sebagai bagian dari kewaspadaan dini peningkatan kasus dan deteksi dini mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB).
“Jadi berdasarkan analisis surveilans, mulainya curah hujan akan diikuti dengan potensi peningkatan kasus DBD,” ucapnya.
Dari data Pemprov Bali, lanjutnya, sepanjang Januari-September 2025 kasus DBD mencapai 9.704 kasus dan 14 meninggal dunia.
Kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Badung dengan 1.922 kasus, disusul Gianyar 1.857 kasus, Buleleng 1.620 kasus, Karangasem 1.411 kasus, Denpasar 1.243 kasus, Tabanan 603 kasus, Klungkung 589 kasus, Bangli 357 kasus, dan Jembrana 102 kasus.
Pada Januari jumlah korban akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti di Bali sebanyak 1.542 orang, Februari puncaknya 1.841 orang, Maret 1.685 orang, April 1.360 orang, Mei 1.140 orang, Juni 867 orang, Juli 633 orang, Agustus 428 orang, dan September 208 orang.
Melihat pola ini lagi, Gede Anom memperkirakan puncak kasus DBD akan terjadi pada April 2026 nanti.
Untuk mengantisipasi, kata dia, Dinkes Bali melakukan langkah kewaspadaan dini dengan mengirimkan Surat Edaran (SE) Ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota se-Bali pada September lalu sebagai upaya koordinasi dengan kabupaten/kota.
Pemprov Bali meminta daerah memetakan wilayah yang endemis DBD untuk dilakukan pemantauan dan pengamatan.
“Kami juga berusaha menyiapkan buffer stock logistic untuk penanggulangan DBD berupa larvasida dan insektisida dengan mengalokasikan anggaran dari APBD dan meminta tambahan bantuan dari Kemenkes,” ujarnya.
Kepada masyarakat, lanjutnya, pemerintah mengajak untuk aktif pencegahan DBD dengan melaksanakan Gerakan Bersama Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus yaitu menguras penampungan air, menutup rapat penampungan air, mendaur ulang barang bekas potensial menampung air, dan melakukan berbagai upaya tambahan.
Baca juga: Indonesia targetkan nol kematian akibat demam berdarah pada 2030
Baca juga: Dievaluasi, Nyamuk aedes aegypti berwolbachia untuk berantas DBD
Baca juga: Dinkes Bali angkat kembali inovasi wolbachia di tengah lonjakan DBD
Baca juga: Hujan mulai turun, Epidemiolog ingatkan masyarakat waspada demam berdarah
Baca juga: Dinkes Denpasar minta masyarakat tetap gencarkan pemberantasan sarang nyamuk
