Badung, Bali (ANTARA) - Kepala BNN RI Komisaris Jenderal Polisi Marthinus Hukom menduga kasus penembakan terhadap dua orang warga negara asing asal Australia di Badung, Bali beberapa waktu lalu ada kaitannya dengan jaringan narkoba yang melibatkan para WNA.
"Ini fenomena kejahatan yang melintasi batas-batas entitas politik. Mereka menjadikan Bali sebagai killing ground (tempat pembantaian) operasional sindikat-sindikat narkoba," kata Marthinus saat acara deklarasi desa bersinar (bersih dari narkoba) di Desa Adat Kelan, Tuban, Kabupaten Badung, Bali, Selasa.
Mantan Kepala Densus 88 Anti Teror Polri itu menduga peristiwa kriminal tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai kriminal biasa saja.
Namun demikian, dirinya menyerahkan sepenuhnya menggali urusan motif di balik pembunuhan WNA oleh sesama WNA Australia itu kepada Polda Bali.
"Menurut saya fenomena kejahatan yang dilakukan oleh orang luar tidak bisa dilihat dengan kaca mata kejahatan biasa. Tetapi segala aspek. Kalau mereka hanya dendam kenapa harus di sini. Ini kan fenomena yang secara intelijen harus mapping betul," katanya.
Baca juga: BNN: Riset ganja bukan untuk legalisasi penggunaan ganja
Dirinya pun mendorong Polda Bali untuk mengungkap kasus tersebut dari kejahatan narkotika.
Sebelumnya, dua orang WNA Australia diduga ditembak saat istirahat di Vila Casa Santisya 1, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (14/6) dini hari.
Dalam peristiwa tersebut, satu orang meninggal dunia atas nama Zivan Radmanovic dan satu orang korban mengalami luka, Sanar Ghanim.
Penembakan itu disaksikan oleh GJ, istri korban ZR dan Daniela , istri Sanar.
ZR ditembak di dalam toilet kamar mandi sementara Sanar ditembak di dalam kamar.
Polisi pun telah menangkap tiga orang terduga pelaku yakni Tupou Pasa Midolmore (27), Coskunmevlut (23) dan Darcy Francesco Jenson (37).
Hingga kini, Polda Bali belum mengungkap motif di balik kejahatan tersebut.
Baca juga: BNN ungkap warga Rusia-Ukraina di Bali jadi partner kejahatan narkotika
