Denpasar (ANTARA) - Ikatan Siswa Tamatan Kokar (Istakari) Bali akan mengadakan Reuni Agung Tahun 2020 pada 22 Desember mendatang untuk memperingati 60 tahun berdiri Konservatori Karawitan Indonesia (Kokar) Bali.
"Kesempatan reuni ini kami persiapkan untuk mengukuhkan wadah, yakni Yayasan Istakari Sanggraha Budaya Bali," kata Ketua Umum Yayasan Istakari Sanggraha Budaya Bali I Wayan Madra Aryasa di Denpasar, Jumat.
Reuni tersebut, lanjut Madra, sekaligus merupakan momentum bagi para alumnus Kokar-SMKI-SMKN 3 Sukawati untuk melakukan perenungan balik terhadap perjalanan panjang yang telah dijalani.
Kokar Bali sempat berganti nama menjadi Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Bali, dan kini menjadi SMKN 3 Sukawati. Lebih dari 5.000 tamatan Kokar selama enam dasawarsa telah dihasilkan oleh Kokar dan telah tersebar di seluruh Nusantara serta luar negeri.
Mengingat masih dalam situasi pandemi COVID-19, Reuni Agung akan dilangsungkan secara daring serta via live streaming di Kampus ITB-Stikom Bali dengan diikuti langsung 60 orang undangan dan rencananya dihadiri langsung oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Adhana Sukawati.
Baca juga: Akademisi: Seniman harus dapat beralih media di tengah pandemi
Tercatat sudah 600 orang yang mendaftar untuk mengikuti acara ini, baik secara langsung maupun daring. Dalam Reuni Agung ini akan ada beberapa agenda penting di antaranya peluncuran buku, seminar kesenian, serta peresmian Yayasan Istakari.
Budayawan Prof Dr I Wayan Dibia SST MA mengatakan Kokar adalah pusat olah seni, mulai dari penciptaan, pelatihan seni, dan termasuk inovasi-inovasi seni.
"Walaupun saya dan Prof Bandem pernah kuliah di Amerika, pernah belajar di ISI, tetapi pondasi keberanian untuk melakukan inovasi dan olah seni itu ditanamkan dari Kokar, dengan tidak menghilangkan identitas budayanya," ujar dia.
Menurut dia, Kokar yang kini bertransformasi menjadi SMKN 3 Sukawati pantas disebut sekolah kesenian kebanggaan Bali yang memulai modernisasi pendidikan seni di Bali, di mana awalnya pendidikan seni dilakukan secara tradisional di tempat-tempat seperti banjar dan griya.
"Selain itu, Kokar juga memulai demokratisasi seni, yang sebelumnya pelatihan seni dikhususkan untuk kalangan tertentu. Misalnya saja, dulu wanita tidak boleh bermain gamelan, bermain wayang, dan masih banyak lagi," ucapnya.
Baca juga: Taman Budaya Bali wadahi pementasan virtual 80 komunitas seni
Budayawan Prof Dr I Made Bandem MA menambahkan pada era berdirinya Kokar Bali mulai lahir Gong Kebyar Wanita, Dalang Wanita, Sendratari, Drama Gong serta inovasi lainnya.
Selain banyak menghasilkan inovasi seni, Kokar Bali juga banyak melahirkan pemikir kebudayaan, termasuk lahirnya kursus-kursus tari di Bali juga sebagian besar tamatan Kokar.
"Dengan dibentuknya Yayasan Istakari ini tidak hanya sekadar menjadi wadah berkumpul, namun juga wadah untuk saling bertukar pikiran dan berkontribusi untuk kemajuan Kokar (SMKN 3 Sukawati) ke depan," katanya.
Pengarah Yayasan Istakari Sanggraha Budaya Bali Ida Pedanda Gde Putra Bajing mengaku sebagai angkatan pertama Kokar Bali tahu betul bagaimana sejarah awal perjuangan berdirinya sekolah seni modern pertama di Bali itu.
"Dulu saat baru dua angkatan, sempat dibuatkan gubuk di Jalan Ratna Denpasar sebelum akan disiapkan gedung untuk Kokar Bali di sana. Saat ini dengan adanya Yayasan Istakari, meskipun tamatan Kokar berada di mana-mana, tetapi tetap ada wadah organisasi yang menyatukan kita," ujarnya.