Denpasar (ANTARA) - Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Taman Budaya, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, mewadahi sebanyak 80 sanggar/sekaa/komunitas/yayasan seni untuk menampilkan peragaan dan pementasan kesenian dengan menggunakan media virtual, dalam membangun perspektif baru mengenai keberadaan Taman Budaya sebagai Rumah Kreasi.
"Dari hasil karya para seniman ini, selain mentransformasi dan mengadaptasi berbagai piranti teknologi virtual, sekaligus ada upaya secara sadar untuk merespons, menginspirasi dan membangun perspektif baru terkait keberadaan Taman Budaya sebagai Rumah Kreasi," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof Dr I Wayan "Kun" Adnyana, di Denpasar, Rabu.
Menurut Kun Adnyana, di tengah pandemi COVID-19 ini, pihaknya terus berupaya agar para seniman bisa tetap kreatif dan sekaligus bisa memberikan hiburan berbagai karya seni yang bermutu kepada masyarakat Bali. Oleh karena itu, seni virtual dinilai paling efektif untuk mewadahi kreativitas para seniman.
Format seni virtual inipun harapkan dapat menjangkau seluas-luasnya kemungkinan kreatif, elaborasi dan eksplorasi terkait estetik, stilistik, teknik artistik dan tematik, berikut olah wahana atau media (penggunaan berbagai piranti media baru/digital dalam proses dan penyajiannya).
Sebanyak 80 sanggar/kelompok/komunitas/sekaa/yayasan seni di Bali pun telah menampilkan karya-karya seni virtualnya yang terbaik dalam mengeksplorasi berbagai sudut bangunan hingga koleksi yang dimiliki Taman Budaya melalui kanal YouTube: Disbud Prov. Bali dari sejak pertengahan Juni hingga 3 November 2020.
"Dengan melihat karya seni virtual yang telah ditampilkan itu, kita tidak saja bisa melihat arsitektur Taman Budaya yang indah dan megah, tetapi tersimpan upaya-upaya kreatif baru, berangkat dari keberadaan arsitektur di Taman Budaya," ucap pria yang juga akademisi di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu.
Baca juga: Balawan-Eko Suprianto bedah peluang seni virtual di era pandemi
Ia pun mencontohkan karya seni virtual yang ditampilkan Pancer Langit, yang begitu apik menyambungkan antara suasana air terjun kemudian kembali ke Candi Bentar Taman Budaya. Kalau tidak dengan seni virtual, tentu untuk menikmati Taman Budaya kita harus berkeliling dan menjadi hal yang sulit untuk menampilkan antara suasana air terjun dengan Taman Budaya dalam pementasan secara langsung.
"Namun melalui pementasan seni virtual, ada sebuah ulang alik ruang dan waktu yang dipadatkan, dipadupadankan dalam tayangan virtual dan tentunya dengan tetap berbasiskan tradisi. Demikian pula ketika melihat koleksi karya seni terbaik yang tersimpan di Museum Mandara Giri Bhuwana, Taman Budaya, kita dapat merespons dan menginspirasi untuk penciptaan seni berikutnya," ujar Guru Besar Bidang Sejarah Seni Rupa ISI Denpasar itu.
Konsep menginspirasi yang dimaksud, lanjut dia, tentu bukan dalam niatan menjiplak karya seni terbaik dari periode klasik kemudian ke periode modern Bali, bahkan sampai seni kontemporer. Tetapi, niat memicu kreativitas baru sehingga inspirasi yang bersambung dari generasi ke generasi.
"Saling menginspirasi itu menjadi dasar bagaimana memajukan seni dan budaya itu bisa berkelanjutan. Jadi, satu generasi, satu masa tidak melupakan era sebelumnya. Semua hadir dalam konsep saling menyejahterakan," katanya didampingi Plt Kepala UPTD Taman Budaya Ni Wayan Sulastriani itu.
Melalui pementasan seni virtual mengenai Taman Budaya itu, Kun Adnyana pun mengharapkan ketika masyarakat nanti bisa kembali dan berpadu riang, ramai, bergemuruh kembali ke Taman Budaya, maka akan tersimpan memori-memori bagaimana 80 komunitas menerjemahkan keberadaan Taman Budaya sebagai ruang kreatif dengan berbagai kemungkinan intuisi dan penafsiran keberadaan Taman Budaya.
"Dengan melibatkan komunitas seni ini, juga merupakan upaya kami untuk mempublikasikan Taman Budaya sebagai Rumah Kreasi itu tidak hanya melalui publikasi yang verbal saja. Tetapi benar-benar keberadaan Taman Budaya dari bangunan dan sarana prasarananya yang dieksplorasi menjadi bagian inti dari karya seniman," ujar Kun Adnyana.
Yang tidak kalah penting, dalam karya seni virtual yang ditampilkan 80 komunitas seni itu tetap harus mematuhi protokol kesehatan dan mengimplementasikan kebijakan dari Pemerintah Provinsi Bali.
"Seperti halnya dalam satu 'frame' tidak boleh menampilkan pemain lebih dari 10 orang dan properti yang digunakan tidak boleh berbahan plastik sekali pakai sesuai dengan Pergub Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai," katanya.
Peragaan dan pementasan kesenian dalam bentuk media virtual mengenai Taman Budaya ini melibatkan tiga kurator yakni Warih Wisatsana, I Putu Gede Indra Parusha dan I Gede Gusman Adhi Gunawan.
Baca juga: Akademisi: Seniman harus dapat beralih media di tengah pandemi
Warih Wisatsana, salah satu tim kurator menambahkan, dari 80 komunitas seni yang terlibat dan mendapatkan dana untuk penciptaan karya seni masing-masing Rp10 juta dari Pemerintah Provinsi Bali itu, sebanyak 45 sanggar atau komunitas dengan latar belakang seni pertunjukan dan 35 sisanya merupakan sanggar atau komunitas seni rupa.
"Bisa kita bayangkan dari 80 komunitas, sanggar, sekaa, yayasan seni di Bali, jika masing-masing menyertakan sekitar 35 anggotanya, betapa jumlah masyarakat atau kreator Bali yang memperoleh pemahaman apa itu seni virtual, apa seni kontemporer dan bagaimana hadir dengan seketika dan serentak melalui perangkat teknologi informasi," ucapnya.
Hal tersebut sekaligus dirasa sebagai hal yang sangat mendasar berpengaruh penting bagi pencapaian seni ke depan. Bahkan dia mengusulkan agar para akademisi melakukan kajian yang mendalam terkait apa yang sudah dicapai dan dilakukan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali ini melalui peragaan dan pementasan seni virtual di masa pandemi COVID-19 ini.
Menurut Warih, di tengah kondisi pandemi ini masyarakat atau pencinta seni di Bali pun sangat lentur melakukan adaptasi dan inovasi, bahkan dengan berbagi kemungkinannya yang tak terduga, yang dapat disaksikan langsung melalui kanal YouTube Disbud Prov. Bali.
"Contohnya untuk yang seni rupa, mereka tak saja berangkat membincangkan karya seni rupa semata, tetapi hadir dengan alih kreasi dan alih medianya. Tentu kata kuncinya ada sinergi dan kolaborasi," ucapnya menegaskan.
Taman Budaya Bali wadahi pementasan virtual 80 komunitas seni
Rabu, 11 November 2020 16:12 WIB