Rini targetkan INKA Banyuwangi terbesar di ASEAN
Jumat, 19 Juli 2019 4:20 WIB
Banyuwangi (ANTARA) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menargetkan PT INKA di Banyuwangi, Jawa Timur, akan menjadi pabrik kereta api terbesar di tingkat Asia Tenggara atau ASEAN.
"Pabrik ini bakal menjadi terbesar di ASEAN, dan akan menjadi kebanggaan warga Banyuwangi dan Indonesia," kata Rini saat meninjau progres pembangunan pabrik PT INKA di Kabupaten Banyuwangi, Rabu.
Rini meninjau pembangunan pabrik kereta milik BUMN PT INKA yang pembangunanannya telah berjalan 20 persen ini didampingi Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro, Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro, Dirut PTPN XII Cholidi dan Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko.
Menurut Menteri, pabrik kereta api itu bakal dilengkapi fasilitas test track sepanjang 4 kilometer yang digunakan untuk menguji gerbong atau lokomotif yang selesai dibuat.
"Sehingga kalau kita membangun lokomotif bisa langsung diujicoba. Pabrik-pabrik kereta di dunia yang besar memang harus dilengkapi fasilitas tersebut. Karena itu di Banyuwangi ini kita membangun test track yang panjang," ujarnya.
Baca juga: Gubernur Bali inginkan kereta api bernuansa lokal
Menteri Rini menjelaskan, di lokasi pabrik kereta di Banyuwangi itu akan dibangun beberapa pabrik, yakni PT INKA bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk membangun lokomotif diesel.
"Dieselnya kami harapkan bisa menerima biofuel 30 persen kelapa sawit. Itu tentunya akan mendorong hilirisasi kelapa sawit dalam negeri dan mengurangi energi impor," katanya.
Kedua, kata dia, PT INKA juga akan berkolaborasi dengan Stadler Rail Group dari Swiss, yang membawa teknologi terbaru untuk membangun kereta listrik.
"Maka, tadi saya minta PT INKA harus ganti nama, karena tidak ada lagi yang dijual kereta api, tapi kita kan menjual kereta diesel, kereta listrik," ucapnya.
Pabrik tersebut ditargetkan mulai beroperasi pada Agustus 2020, hal itu karena pesanan kereta yang datang ke PT INKA untuk gerbong dan lokomotif semakin banyak.
"Kami sedang menawarkan kereta api ke Laos dan Madagaskar. Kalau di Filipina sudah dapat. Untuk itu kami harapkan pabrik ini cepat terselesaikan, janjinya memang Agutus tahun depan," kata Rini.
Baca juga: DPRD Bali kritisi rencana pembangunan kereta api
Dirut PT INKA Budi Noviantoro menjelaskan, pabrik di Banyuwangi ini menempati lahan seluas 83,4 hektare.
"Saat ini sudah 20 persen jalan, nantinya kapasitasnya 1,5 kereta per hari atau 500 kereta dalam satu tahun," katanya.
Sementara itu, Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko mengemukakan industri kereta api itu juga bakal dilengkapi museum untuk semakin memperkuat posisi Banyuwangi sebagai tujuan wisata.
"Sesuai arah kebijakan Bupati Banyuwangi Pak Azwar Anas, desain industri ini juga mengadopsi kearifan budaya lokal. Arsitekturnya mengadopsi kekhasan budaya masyarakat Suku Osing Banyuwangi," ujarnya.
Baca juga: 2021, Indonesia negara pertama miliki kereta cepat di Asia Tenggara
"Pabrik ini bakal menjadi terbesar di ASEAN, dan akan menjadi kebanggaan warga Banyuwangi dan Indonesia," kata Rini saat meninjau progres pembangunan pabrik PT INKA di Kabupaten Banyuwangi, Rabu.
Rini meninjau pembangunan pabrik kereta milik BUMN PT INKA yang pembangunanannya telah berjalan 20 persen ini didampingi Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro, Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro, Dirut PTPN XII Cholidi dan Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko.
Menurut Menteri, pabrik kereta api itu bakal dilengkapi fasilitas test track sepanjang 4 kilometer yang digunakan untuk menguji gerbong atau lokomotif yang selesai dibuat.
"Sehingga kalau kita membangun lokomotif bisa langsung diujicoba. Pabrik-pabrik kereta di dunia yang besar memang harus dilengkapi fasilitas tersebut. Karena itu di Banyuwangi ini kita membangun test track yang panjang," ujarnya.
Baca juga: Gubernur Bali inginkan kereta api bernuansa lokal
Menteri Rini menjelaskan, di lokasi pabrik kereta di Banyuwangi itu akan dibangun beberapa pabrik, yakni PT INKA bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk membangun lokomotif diesel.
"Dieselnya kami harapkan bisa menerima biofuel 30 persen kelapa sawit. Itu tentunya akan mendorong hilirisasi kelapa sawit dalam negeri dan mengurangi energi impor," katanya.
Kedua, kata dia, PT INKA juga akan berkolaborasi dengan Stadler Rail Group dari Swiss, yang membawa teknologi terbaru untuk membangun kereta listrik.
"Maka, tadi saya minta PT INKA harus ganti nama, karena tidak ada lagi yang dijual kereta api, tapi kita kan menjual kereta diesel, kereta listrik," ucapnya.
Pabrik tersebut ditargetkan mulai beroperasi pada Agustus 2020, hal itu karena pesanan kereta yang datang ke PT INKA untuk gerbong dan lokomotif semakin banyak.
"Kami sedang menawarkan kereta api ke Laos dan Madagaskar. Kalau di Filipina sudah dapat. Untuk itu kami harapkan pabrik ini cepat terselesaikan, janjinya memang Agutus tahun depan," kata Rini.
Baca juga: DPRD Bali kritisi rencana pembangunan kereta api
Dirut PT INKA Budi Noviantoro menjelaskan, pabrik di Banyuwangi ini menempati lahan seluas 83,4 hektare.
"Saat ini sudah 20 persen jalan, nantinya kapasitasnya 1,5 kereta per hari atau 500 kereta dalam satu tahun," katanya.
Sementara itu, Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko mengemukakan industri kereta api itu juga bakal dilengkapi museum untuk semakin memperkuat posisi Banyuwangi sebagai tujuan wisata.
"Sesuai arah kebijakan Bupati Banyuwangi Pak Azwar Anas, desain industri ini juga mengadopsi kearifan budaya lokal. Arsitekturnya mengadopsi kekhasan budaya masyarakat Suku Osing Banyuwangi," ujarnya.
Baca juga: 2021, Indonesia negara pertama miliki kereta cepat di Asia Tenggara