Jakarta (ANTARA) - PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) menargetkan pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung sepanjang 142,3 kilometer selesai dan beroperasi pada tahun 2021.
"Pengerjaan pengeboran segera dikebut. Dengan selesainya KCJB, nantinya Indonesia akan yang pertama memiliki kereta cepat di Asia Tenggara," kata Direktur Utama KCIC Chandra Dwiputra, dalam siaran pers di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, percepatan pengeboran sejumlah titik jalur KCJB seiring selesainya proses perakitan mesin "Tunnel Boring Machine" (TBM) yaitu alat bor raksasa yang didatangkan dari Zhanghuabang Wharf, Shanghai, China.
Alat bor raksasa ini sudah selesai dirakit selanjutnya segera dioperasikan menembus lapisan tanah di bawah tol Cikampek mulai KM 3+300, dari arah Jakarta.
Total bobot TBM KCJB sebesar 3.649 ton dengan diameter 13,19 meter dan panjang yang mencapai 105 meter menjadikannya sebagai alat bor terbesar yang pernah ada di Indonesia.
"Sebelumnya, penggunaan TBM dengan diameter 6,64 meter dan panjang 90 meter telah berhasil menghubungkan jalur underground MRT Jakarta Fase I yang kini telah resmi beroperasi," kata Chandra.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini pertama kali dicanangkan Presiden Joko Widodo pada awal 2016.
Konstruksi KJCB yang diperkirakan menelan investasi 4,7 miliar dolar AS ini dikerjakan oleh kontraktor PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) Persero.
BUMN Konstruksi ini tercatat juga sukses menjadi kontraktor proyek MRT Jakarta tahap I dan Light Rail Transit (LRT) Kelapa Gading-Rawamangun dan LRT Palembang.
Chandra menuturkan, TBM KCJB akan beroperasi di daerah Halim dengan menggunakan akan menggunakan Metode Shield Tunneling (MST) untuk pengerjaan konstruksi terowongan sepanjang 1.885 meter.
MST ini untuk meningkatkan standar keamanan dalam pembuatan terowongan yang nantinya akan melintang di bawah jalan Tol Cikampek (KM 3+600 sampai dengan KM 5+800) melewati bagian tengah jalan dan "overpass" jalan arteri Jatiwaringin yang merupakan lokasi sangat padat dengan kegiatan mobilisasi warga Jakarta ke daerah Bekasi dan Bandung.
"Penggunaan TBM sama sekali tidak akan menghambat lalu lintas tol Jakarta – Cikampek karena tingkat keamanan metode pengerjaan "Shield Tunneling" jauh lebih tinggi dibandingkan dengan metode Drill Blasting atau metode lainnya," ujar Chandra.
Ia menggambarkan, metode ini bekerja seperti cacing bawah tanah di mana selama proses pengeboran hampir tidak menimbulkan gangguan bagi aktivitas kendaraan atau masyarakat yang berlangsung di atasnya.
"Penggunaan metode ini juga telah sesuai dengan aturan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) Bandara Halim Perdanakusuma tentang ketinggian bangunan dan kemungkinan mengganggu operasional penerbangan," ujarnya.
"Ngebut"
Ia menjelaskan, TBM KCJB akan bekerja secara intensif dengan standar pengoperasian selama 24 jam tanpa henti.
Pada kecepatan tertinggi mesin bor yang memiliki mata bor (cutting knives) yang dirancang khusus dari logam keras dapat melubangi lapisan tanah sepanjang delapan meter per harinya.
Untuk memudahkan dan mempercepat proses pengeboran, TBM KCJB juga dilengkapi dengan "slurry treatment Machine" yang akan berfungsi untuk mengolah material tanah hasil bor menjadi kompartemen yang mudah diangkut.
Chandra juga mengklaim, dengan teknologi TBM ini, proses pengeboran akan berlangsung dengan aman dan cepat.
"Kereta cepat akan menjadikan mimpi Indonesia memiliki moda transportasi terintegrasi makin terwujud dan KCJB akan menjadi kereta cepat pertama di Asia Tenggara," katanya.
(AL)
2021, Indonesia negara pertama miliki kereta cepat di Asia Tenggara
Kamis, 28 Maret 2019 7:27 WIB