Denpasar (Antaranews Bali) - Produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) di Bali pada triwulan IV-2017 tumbuh positif sebesar 1,52 persen, di atas pertumbuhan nasional sebesar minimum 0,59 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
"Sedangkan secara Y-on-Y tercatat tumbuh negatif sebesar 2,02 persen, lebih rendah dari pertumbuhan nasional yang tercatat positif 5,15 persen pada periode yang sama," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, sementara produksi industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) Bali pada triwulan IV-2017 (q-to-q) tercatat tumbuh negatif sebesar 4,53 persen dibandingkan dengan triwulan III-2017. Angka tersebut lebih rendah dari pertumbuhan nasional yang tercatat minus 0,21 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Adi Nugroho menambahkan, jika dilihat secara tahunan, produksi industri mikro dan kecil (IMK) Provinsi Bali triwulan IV tahun 2017 (y-on-Y) tercatat tumbuh negatif sebesar 3,86 persen dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2016. Angka tersebut lebih rendah dari pertumbuhan nasional yang tercatat tumbuh positif 4,59 persen pada periode yang sama.
Adi Nugroho menjelaskan, pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang sebesar 1,52 persen pada triwulan IV-2017 itu sebagian besar mengalami pertumbuhan positif, antara lain industri minuman, tumbuh 6,14 persen, industri tekstil 4,27 persen, industri pakaian jadi 4,47 persen, industri kayu, gabus, barang anyaman dari bambu dan sejenisnya 9,29 persen.
Selain itu juga industri furnitur tumbuh 17,08 persen, industri pengolahan lainnya 7,45 persen. Sedangkan produsik IBS pada triwulan IV-2017 mengalami pertumbuhan negatif yakni industri makanan dengan pertumnbuhan minus 4,45 persen.
Sedangkan secara tahunan (y-on-y) produksi IBS Bali pada triwulan IV-2017 mengalami pertumbuhan negatif sebesar 2,02 persen. Angka tersebut di bawah pertumbuhan nasional yang sebesar 5,15 persen pada periode yang sama.
Sementara itu tiga kontributor yang menunjukkan pertumbuhan produksi IBS tertinggi, yakni industri tekstil sebesar 11,93 persen, industri kayu, barang, kayu dan gabus, barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya sebesar 4,09 persen dan industri minuman 2,25 persen.
Sedangkan industri pada triwulan IV-2017 tercatat mengalami pertumbuhan negatif yakni industri makanan minus 1,77 persen, industri pakaian jadi minus 8,43 persen, industri furnitur minus 11,69 persen dan industri pengolahan lainnya minus 21,96 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)