Semarang (Antara Bali) - Presiden Joko Widodo meminta Kepolisian
Republik Indonesia (Polri) mengantisipasi perkembangan teknologi
informasi yang berpotensi mengubah bentuk kejahatan menjadi lebih
canggih lagi.
"Perubahan begitu cepat yang harus diikuti kalau
tidak kita ikuti, kita bisa tertinggal," kata Presiden Jokowi kepada
peserta apel Satwil Polri se-Insonesia di Akademi Kepolisian, Semarang,
Senin.
Ia menyebutkan dalam 10-15 tahun ke depan yang menentukan
adalah generasi milenial yang tidak mengikuti perkembangan melalui
media mainstream atau televisi tetapi melalui gawai.
"Belantara
dunia bisa diikuti hanya dengan kotak kecil gawai, generasi itu nanti
yang akan mempengaruhi dan menentukan kondisi ekonomi, kondisi politik
dan lainnya," kata Jokowi.
Menurut Presiden, dengan perkembangan
teknologi, lanskap interaksi sosial juga berubah yan harus sedini
mungkin dikalkulasi, direncanakan dan diantisipasi.
"Kapolda,
Kapolres, Kapolresta harus menyiapkan sejak dini, perubahan itu tidak
mungkin kita hentikan. Ini pekerjaan besar kita dalam rangka antisipasi
perubahan itu," kata Jokowi.
Menurut Presiden, dengan
perkembangan teknologi informasi, kejahatan siber akan lebih banyak
dibanding kejahatan konvensional. "Ini juga menyangkut stabilitas
politik dan keamanan yang akan berpengaruh kepada ekonomi, investasi
dunia usaha," kata dia.
Menurut Jokowi, kalau tidak mempunyai
pandangan yang benar menyangkut perubahan itu maka semua akan terjebak
pada rutinitas semata.
Jokowi menyebutkan stabilitas politik dan
keamanan diperlukan negara karena yang bisa membuka lapangan kerja
adalah bukan negara, melainkan swasta. Negara memberi fasilitas agar
dunia usaha mau menginvestasikan dana, sambung dia.
Presiden
mengaku sudah empat kali mengikuti kontestasi politik mulai dari wali
kota, gubernur dan presiden. Hanya pemilihan bupati yang belum.
Menurut
dia, dalam kontestasi politik itu, tugas Polri adalah bagaimana
mengendalikan situasi tidak panas. "Anget boleh tapi jangan sampai
panas," kata Jokowi.
Presiden meminta polisi bertindak tegas
kepada pelanggar hukum. "Kalau sudah membahayakan, penegakan hukum harus
tegas tidak perlu melihat itu siapa," kata Presiden Jokowi.
Menjelang
Pilkada 2018 dan Pemilu 2019, Presiden juga meminta Polri untuk
memetakan persoalan keamanan sehingga langkah prevenntif bisa dilakukan.
"Inteligen harus punya data komplit mengenai hal ini, jangan sudah
kejadian baru cari air untuk memadamkan, pencegahan lebih baik, dan
siapkan alternatif solusi," katanya.
Menurut dia, polisi juga harus netral saat Pemilu. "Saya yakini dari setiap Pilkada, asal TNI-Polri solid," katanya.
Ia juga menyebutkan politik Polri adalah politik negara, semua loyal dan setia kepada negara, rakyat dan pimpinan.
Presiden
mengingatkan Polri agar menangani konflik sosial sedini mungkin.
"Negara kita negara besar yang kadang tidak kita sadari, segera
selesaikan konflik sosial sekecil apapun, jangan sampai membesar," kata
Jokowi. (WDY)
Presiden Ingatkan Polri untuk Siap Menghadapi Kejahatan Lebih Canggih
Senin, 9 Oktober 2017 14:52 WIB