Denpasar (Antara Bali) - Kota Singaraja, Bali mengalami deflasi sebesar 1,08 persen pada bulan April 2017 menempati peringkat tertinggi dari 29 kota di Indonesia yang mengalami hal yang sama.
"Sedangkan tingkat inflasi tahun kelender periode Januari-April 2017 sebesar 1,28 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun yakni April 2017 terhadap April 2016 sebesar 4,34 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, deflasi tersebut ditandai dengan menurunnya indeks yang terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 4,60 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,06 persen serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,03 persen.
Sedangkan empat kelompok lainnya mengalami inflasi meliputi kelompok kesehatan 1,57 persen, kelompok sandang 1,19 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,55 persen serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,27 persen.
Adi Nugroho menambahkan, komoditas yang mengalami penurunan harga selama bulan April 2017 antara lain cabai rawit, beras, buncis, bawang merah, cabai merah, kentang, bahan bakar rumah tangga, tomat sayur, minuman kesegaran, televisi berwarna, minuman ringan, semen dan emas perhiasan.
Sedangkan komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain tarif listrik, pisang, telur ayam ras, pembalut wanita, apel, tongkol, teri segar, pasta gigi, daging ayam ras, bedak, parfum, salak dan daging ayam kampung.
Dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei tercatat 53 kota mengalami inflasi dan 29 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang mencapai 1,02 persen dan inflasi terendah di Cilacap mencapai 0,01 persen.
Sedangkan deflasi tertinggi di Kota Singaraja mencapai 1,08 persen serta terendah di DKI Jakarta dan Manado masing-masing 0,02 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)