Denpasar (Antara Bali) - Kota Singaraja, Bali utara mengalami deflasi sebesar 0,28 persen selama bulan Februari 2016, dengan indeks harga konsumen (IHK) mencapai 130,17.
"Tingkat inflasi tahun kelender Februari 2016 sebesar 0,75 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun, yakni Februari 2016 terhadap Februari 2015 sebesar 3,94 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, deflasi tersebut dipengaruhi oleh peluncuran paket kebijakan ekonomi tahap III terutama yang terkait kebijakan pemerintah bidang energi yakni tarif dasar listrik, bahan bakar minyak (BBM dan elpiji.
Penurunan harga ditunjukkan oleh berkurangnya indeks kelompok bahan makanan sebesar 0,67 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar -0,29 persen serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan - 0,29 persen.
Adi Nugroho menambahkan, peningkatan indeks terjadi pada kelompok sandang 0,45 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,03 persen serta makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,015 persen. Sementara kelompok kesehatan tidak mengalami perubahan indeks.
Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain cabai rawit, bawang merah, tarif listrik, buncis, kacang panjang, bensin, minyak goreng, cekalang, cumi-cumi, bayam, kentang, jeruk, bahan solar rumah tangga dan wortel.
Sementara komoditas yang mengalami peningkatan harga antara lain mie kering instans, pisang, tomat sayur, daging ayam ras, telur ayam ras, cabai merah, ketimun, daging babi, layang/benggol, sawi hijau, tongkol pindang, sandal kulit, ongkos jahit, udang basah, daging ayam kampung dan bawang putih.
Selain itu juga telur ayam kampung, daging sapi, sepatu, sandal karet, kelapa, biaya kursus menari, celana pendek laki-laki, salak, pakaian olahrga pria, sabun cair dan susu kental manis.
Jika diurut dari kota yang mengalami deflasi tertinggi, maka Kota Singaraja menempati urutan ke-24 dari 52 kota di Tanah Air yang mengalami deflasi, ujar Adi Nugroho. (WDY)