Denpasar (Antara Bali) - Kota Singaraja, Bali utara mengalami deflasi sebesar 0,30 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 133,21 pada bulan Oktober 2016 serta tingkat inflasi tahun kelender sebesar 3,10 persen.
"Sedangkan inflasi tahun ke tahun yakni Oktober 2016 terhadap Oktober 2015 sebesar 5,02 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, deflasi tersebut ditandai dengan turunya indeks pada kelompok bahan makanan -1,42 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga -0,44 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau -0,10 persen.
Peningkatan indeks terjadi pada kelompok sandang 1,32 persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,35 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,15 persen dan kelompok kesehatan 0,09 persen.
Adi Nugroho menambahkan, komoditas yang mengalami penurunan harga selama Oktober 2016 antara lain bawang merah, cabai rawit, pisang, televisi berwarna, apel, kentang, gula pasir, tongkol pindang, tomat sayur, kacang panjang, cekalang (sisik), telur ayam ras, udang basah, emas perhiasan dan bawang putih,
Komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain cabai merah, ketela pohon, baju kaos tanpa kerah/T-Shirt, tarif listrik, daging ayam ras, tarif pulsa ponsel, sepeda motor, jeruk, buncis, ekor kuning, teri, cumi-cumi dan minyak goreng.
Adi Nugroho menjelaskan, dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 34 kota di antaranya mengalami deflasi dan 48 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Sorong sebesar 1,10 persen dan terendah di Banda Aceh dan Merauke masing- masing 0,02 persen.
Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,32 persen serta terendah di Depok dan Manado masing-masing sebesar 0,01 persen.
Jika diurut dari deflasi tertinggi, maka Kota Singaraja menempati urutan ke-13 setelah Kota Pelangkaraya, ujar Adi Nugroho. (WDY)