Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengimbau masyarakat Pulau Dewata untuk tetap tenang menghadapi isu-isu bom yang belakangan semakin santer di sejumlah daerah.
"Kami mengimbau masyarakat agar tetap tenang jika menghadapi hal-hal seperti itu, namun tidak harus mengurangi kewaspadaan," kata Mangku Pastika seusai menghadiri sidang paripurna DPRD Bali di Denpasar, Selasa
Ia mengatakan, jika masyarakat menjadi resah, itu merupakan salah satu tujuan utama dari aksi kaum teroris.
"Tujuan utama aksi terorisme itu adalah membuat resah, membuat orang merasa takut. Kalau kita takut dan resah, tujuan mereka berhasil," katanya.
Sehubungan dengan itu, ia mengingatkan agar masyarakat tetap tenang dalam mengahapi isu terorisme. "Mari kita tetap tenang, jangan resah, tapi tetap waspada," kata Mangku Pastika menegaskan.
Timbulnya keresahan di masyarakat sebenarnya tidak hanya terkait pengiriman bom buku kepada sejumlah orang di Jakarta, pekan lalu.
Terakhir, Gubernur Mangku Pastika mengatakan, sempat beredar isu lewat pesan singkat elektronik (short massage service/SMS) dari orang yang tidak bertanggung jawab, yang menyebutkan bahwa sudah ada mobil pembawa bahan peledak masuk ke Bali.
Ketua Komisi I DPRD Bali Made Arjaya menyatakan apresiasi terhadap polisi atas tindakannya yang cepat merespons laporan masyarakat terkait adanya benda-benda yang mencurigakan.
Selain itu, Arjaya berharap aparat kepolisian juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih tenang menghadapi isu-isu bom tersebut.
"Kami minta masyarakat lebih tenang menghadapi isu-isu terorisme. Jangan resah," katanya.
Sementara Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Ida Bagus Kade Subhiksu berharap isu-isu terkait bom bisa segera mereda, karena isu tersebut dapat menurunkan citra pariwisata Indonesia, termasuk Bali.
"Kami berharap isu itu segera berakhir, karena bisa saja menurunkan citra pariwisata Indonesia, khususnya Bali," ujarnya menambahkan.
Hingga kini, kata dia, belum ada respons dari pihak luar negeri terhadap isu-isu tersebut.
Dikatakan, sampai sekarang belum ada respons, baik dari kedutaan besar, konsulat asing, maupun dari pelaku-pelaku pariwisata di luar negeri.
"Biasanya Konsulat Australia memberi respons paling cepat, tetapi sampai sekarang belum ada. Kami berharap isu ini tidak semakin meresahkan," kata Subhiks. (*)