Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban mengajak seluruh elemen bangsa untuk senantiasa memperkuat solidaritas dan mencegah tindakan ekstrimisme berbasis kekerasan yang mengarah pada tindakan terorisme.
Wakil Ketua LPSK Mahyudin menyampaikan hal itu saat menghadiri acara peringatan 22 tahun Bom Bali di Monumen Ground Zero atau Monumen Bom Bali di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu.
"Kami berharap dalam kesempatan kali ini, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk membangkitkan dan menjaga perdamaian, serta melakukan pencegahan tindakan ekstrimisme berbasis kekerasan yang mengarah kepada terorisme," katanya di hadapan para tamu undangan yang hadir dari berbagai negara.
Hal ini penting mengingat ancaman ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme telah menciptakan kondisi rawan yang mengancam hak atas rasa aman dan stabilitas keamanan nasional.
Karena itu, kata dia, momentum doa bersama di tugu Monumen Bom Bali, sebuah tugu memorialisasi untuk mengenang peristiwa tersebut semua orang harus sepakat agar tragedi kemanusiaan 22 tahun silam tidak terjadi lagi.
Selain ikhtiar untuk memutus mata rantai ekstremisme berbasis kekerasan, peringatan Bom Bali diisi dengan mendoakan para korban atau keluarga agar tabah dan menjadi penyintas yang tangguh untuk melanjutkan hidup.
Mahyudin mengatakan banyak korban yang telah berdamai dengan dirinya membagikan pengalaman mereka untuk menciptakan harapan yang positif, melanjutkan hidup serta meningkatkan kesadaran tentang dampak jangka panjang dari tindak pidana terorisme, serta membuat kehidupan yang lebih bermakna dan menjadi cahaya yang mampu menerangi dunia.
Hal tersebut terjadi berkat kerja sama antara pemerintah dan masyarakat seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), LPSK, organisasi-organisasi pendamping korban seperti AIDA (Aliansi Indonesia Damai), Yayasan Penyintas Indonesia, Isyana Dewata yang selama ini bekerja keras dan berkomitmen dalam memberikan dukungan kepada para penyintas, korban kekerasan dan terorisme.
"Dedikasi mereka menjadi inspirasi bagi kita semua dalam memperjuangkan hak-hak korban dan guna mendukung terciptanya keamanan dan kedamaian," katanya.
Karena itu, dirinya menekankan peran para tokoh agama, tokoh organisasi, tokoh masyarakat dan komunitas sebagai unsur penting di dalam membangun keamanan dan perdamaian yang berkelanjutan.
Dia menggarisbawahi perdamaian sebagai tanggung jawab bersama yang membutuhkan partisipasi aktif dari semua elemen bangsa.
"Kita semua juga berharap bahwa kegiatan doa perdamaian ini menjadi momen refleksi pengingat bagi kita semua akan pentingnya menjaga keamanan, memperkuat kesatuan dan persatuan," katanya.
Baca juga: BNPT: 22 tahun Bom Bali momentum saling berdaya dan melanjutkan hidup
Baca juga: Polisi sterilkan area monumen Bom Bali sebelum acara doa bersama