Mangupura (Antara Bali) - Bupati Badung, Bali Nyoman Giri Prasta mendukung penuh siswa "Green School" yang bekerjasama dengan Yayasan Lengis Hijau membuat stasiun pengisian biodiesel, di Desa Sibangkaja, Abiansemal, untuk mengolah minyak jelantah menjadi Biodiesel B100 yang ramah lingkungan.
"Saya yakin inovasi biodiesel ini akan membuka peluang bisnis ke depannya, karena sangat ramah lingkungan," ujar Giri Prasta, Bupati Badung dalam siaran persnya yang diterima Antara di Denpasar, Minggu.
Menurut Giri Prasta, inovasi biodiesel "Green School" memiliki fungsi bagaiman mengolah minyak jelantah yang semestinya dibuang, bisa diolah menjadi bahan bakar.
Untuk mendukung agar pengolahan biodiesel ini tetap berjalan, ke depannya pria asal Desa Plaga itu segera berbicara dengan pihak hotel maupun restoran di Badung agar hasil limbah minyak jelantah tidak dibuang dan dapat dipasok ke Green School untuk diolah menjadi biodiesel.
"Saya mengapresiasi dan menyambut baik atas inovasi biodiesel dari Green School ini, karena sejalan dengan komitmen Pemkab Badung yang telah mencanangkan satu SKPD mempunyai minimal satu inovasi," ujar mantan Ketua DPRD Badung itu.
Sebelumnya, Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta bersama Anggota Komisi X DPR I Wayan Koster meresmikan stasiun pengisian biodiesel di Green School, Desa Sibangkaja, Abiansemal, pada Jumat (11/11) lalu.
Peresmian stasiun pengisian biodiesel ditandai dengan pemotongan pita oleh Bupati dan penandatangan prasasti Bupati Giri Prasta bersama Wayan Koster.
Bupati juga melakukan pengisian langsung biodiesel ke kendaran. Usai peresmian Bupati bersama Wayan Koster sempat berkeliling di lingkungan sekolah internasional Green School.
Peresmian tersebut juga dihadiri Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Sujoko Harsono Hadi, Pembina Yayasan Kulkul Ni Putu Tirta Widanti, Ketua Yayasan Lengis Hijau A.A Bagus Sudarsana.
Wayan Koster selaku Anggota Komisi X DPR mendukung kegiatan pengolahan biodiesel ini, karena sebagai upaya menjaga lingkungan Pulau Dewata khususnya di Badung.
"Inovasi ini perlu didukung dan diintegrasikan dengan pola pembangunan nasional semesta berencana di kabupaten badung," katanya pula.
Tesa Lonika, salah satu siswa kelas XI di Green School mengatakan, ada 40 siswa yang tergabung dalam kegiatan Bio Bus. Melalui kegiatan Bio Bus, siswa mengumpulkan minyak jelantah dari restoran dibeberapa daerah di Bali.
"Setiap minggunya berhasil mengumpulkan minyak jelantah rata-rata 200 liter bekerjasama dengan Yayasan Lengis Hijau sebagai satu satunya pabrik biodiesel B100 di Bali," kata Tesa.
Minyak jelantah ini kemudian diolah menjadi biodiesel B100 yang mampu mengisi kendaraan bus di Green School. "Dalam pembuatan biodiesel tersebut ada produk namanya griserin yang kami buat menjadi sabun," katanya pula.
Peresmian stasiun biodiesel ini merupakan momen bersejarah bagi generasi muda khususnya di Green School. "Kami bangga, mungkin aksi nyata dari kami ini dengan menciptakan biodiesel B100 menjadi yang pertama di Bali, bahkan Indonesia," ujarnya lagi.
Ia mengharapkan pemerintah terus mendukung upaya itu melalui regulasi-regulasi yang ditetapkan agar minyak jelantah tidak lagi diperjual belikan di pasar gelap, karena sangat berdampak buruk pada lingkungan maupun kesehatan masyarakat. (WDY)