Denpasar (Antara Bali) - Perdagangan luar negeri dari Provinsi Bali diperkirakan semakin cerah seiring dengan mulai meningkatnya permintaan negara tujuan ekspor antara lain Amerika Serikat (untuk produk tekstil) serta negara tujuan ekspor di Asia yakni Jepang, Singapura, Hongkong.
"Selain itu, adanya upaya eksportir untuk terus melakukan diversifikasi pasar serta meningkatnya kualitas produk agar mampu bersaing di pasaran mancanegara," kata seorang pengusaha dan eksportir Made Jiwa di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, yang lebih menggembirakan lagi semakin bersaingnya harga jual produk (tidak menaikkan harga jual), serta didukung menurunnya biaya produksi yang dapat dilakukan melalui pengelolaan bahan baku (produk olahan kayu).
Peningkatan volume ekspor olahan kayu, juga didorong telah dihapuskannya penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang berlaku sejak akhir tahun 2015. "Kondisi tersebut yang cukup menggembirakan dalam menghadapi pasar ekspor," kata dia.
Sementara untuk neraca perdagangan luar negeri, Bank Indonesia Perwakilan Bali mencatat adanya peningkatan surplus dari Rp 12,98 triliun di triwulan I-2016 menjadi sebesar Rp 14,9 triliun pada triwulan II-2016.
Hal itu terjadi berkat adanya peningkatan ekspor komoditas utama Provinsi Bali dengan share terbesar antara lain perikanan (27,52 persen), perhiasan (14,97 persen), pakaian jadi (14,56 persen), produk olahan kayu (14,56 persen), dan furniture (8,42 persen).
Made Jiwa mengatakan, dari sepuluh produk utama ekspor Bali, tujuh jenis dengan tujuan Amerika Serikat tercatat memiliki kontribusi paling dominan. Produk-produk tersebut adalah ikan dan udang, pakaian jadi bukan rajutan, kayu, barang dari kayu dan anymanan.
Perdagangan nonmigas Bali terutama aneka barang kerajinan bernilai seni usaha industri kecil seperti pakaian jadi, ikan dalam kemasan kaleng ke pasaran mancanegara cukup stabil bahkan mengalami surplus. (WDY)