Denpasar (Antara Bali) - Survei Bank Indonesia menunjukkan bahwa harga properti di Provinsi Bali pada triwulan kedua tahun 2016 sebesar 1,48 persen atau tumbuh melambat dibandingkan triwulan pertama mencapai 1,87 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Causa Iman Karana di Denpasar, Jumat, menjelaskan bahwa perlambatan harga secara tahunan terjadi pada semua tipe rumah, dengan perlambatan harga terbesar pada rumah tipe besar.
"Rumah tipe besar tumbuh dari 1,44 persen pada triwulan I 2016 menjadi 0,82 persen pada triwulan II ini," ucapnya.
Sementara untuk rumah tipe menengah, mengalami perlambatan pertumbuhan harga dari 2,19 persen pada triwulan I menjadi 1,92 persen pada triwulan II.
Rumah tipe kecil juga turut mengalami perlambatan pertumbuhan dari 1,98 persen pada triwulan I menjadi 1,7 persen.
Berdasarkan hasil survei, Causa melanjutkan beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer pada triwulan kedua ini yakni kenaikan harga bahan bangunan, kenaikan upah pekerja, biaya perizinan, adanya penambahan fasilitas umum di perumahan dan faktor lainnya.
Pembiayaan bank dan dana internal perusahaan tetap menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan properti residensial, dengan porsi masing-masing sebesar 52 persen dan 33 persen.
Sisanya, sebesar 15 persen komposisi pembiayaan pembangunan properti residensial berasal dari konsumen melalui pembayaran uang muka.
"Dari sisi konsumen, fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tetap menjadi pilihan utama pembiayaan konsumen untuk semua tipe rumah," ucapnya.
Sementara itu untuk perkiraan triwulan III 2016, harga properti residensial di pasar primer diperkirakan tumbuh 1,86 persen atau lebih tinggi dibanding triwulan II.
Pertumbuhan tertinggi diperkirakan akan terjadi pada rumah tipe menengah 2,98 persen diikuti oleh rumah tipe kecil sebesar 1,33 persen dan tipe besar 1,26 persen. (WDY)