Denpasar (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mencatat harga properti residensial primer di Kota Denpasar pada triwulan I-2020 dari hasil survei yang dilakukan masih menunjukkan peningkatan, terutama bersumber dari meningkatnya harga rumah dengan tipe kecil.
"Kalau di sektor pariwisata turun dalam, namun untuk di sektor properti kita masih tumbuh positif di tengah pandemi COVID-19," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho saat menyampaikan sambutan pada Diseminasi Hasil Survei Bank Indonesia Perkembangan Sektor Properti di Bali secara virtual di Denpasar, Jumat.
Perkembangan harga properti residensial primer di triwulan I-2020 tumbuh 0,22 persen (yoy), sedangkan pada triwulan IV-2019 sebesar 0,16 persen.
Dibandingkan dengan data nasional yang sebesar 1,68 persen (yoy) pada triwulan I-2020, Bali yang harga properti residensial primernya tumbuh sebesar 0,22 persen juga masih lebih baik.
Baca juga: BI Bali beri 1.550 paket bahan pokok kepada anggota UMKM
Untuk harga properti residensial primer untuk rumah dengan tipe kecil di Denpasar pada triwulan I-2020 tumbuh sebesar 0,6 persen (yoy), sedangkan yang tipe menengah sebesar 0,1 persen. "Jadi, rumah residensial primer masih ada yang naik harganya, penjualan masih cukup bagus, masih menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan IV-2019," ujar Trisno.
Selain itu, kinerja penjualan properti residensial primer juga masih cukup baik yakni masih menunjukkan peningkatan dari penjualan triwulan IV-2019, dengan peningkatan penjualan untuk tipe besar. Metode penjualan mayoritas memanfaatkan fasilitas KPR (sekitar 50 persen).
Sementara itu, perkembangan harga properti residensial pasar sekunder untuk wilayah Denpasar dan Kuta Selatan menunjukkan perlambatan pertumbuhan harga. Adanya penyebaran COVID-19 sejak triwulan I-2020 juga menyebabkan perlambatan harga yang lebih dalam.
"Untuk properti yang komersial pada triwulan I-2020 di Denpasar mengalami perlambatan dengan level yang lebih dalam nasional. Perlambatan tersebut terutama berasal dari penurunan biaya sewa untuk hotel dan apartemen karena memang permintaan yang turun seiring menurunnya pariwisata akibat COVID-19," ujarnya.
Oleh karena itu, Trisno pun mendorong Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Bali jika ada proyek-proyek fisik yang sudah ada alokasi dananya dan mendapatkan persetujuan untuk segera dilaksanakan sehingga dapat menggerakkan perekonomian.
Dengan proyek fisik tersebut, lanjut dia, akan mengaktifasi kegiatan ekonomi yang lainnya, seperti tukang kayu, tukang lampu, tukang kabel, lukisan, dan sebagainya sekitar 170 sektor lain yang terkait akan tergerak.
Belum lagi sektor informal, dari pedagang yang berjualan di sekitar lokasi proyek juga bisa "kecipratan" rezeki.
Baca juga: BI: Triwulan II-2020, pertumbuhan ekonomi Bali tetap melambat
"Proyek fisik atau properti ini penting karena dampak ikutannya luar biasa. Bahkan sekitar 5-10 tahun lalu perkembangan properti di Bali begitu marak, banyak hotel dibangun sehingga pertumbuhan ekonomi Bali langsung cukup tinggi," ucapnya.
Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda mengatakan pangsa lapangan usaha properti terhadap perekonomian Bali masih rendah yakni 4,1 persen terhadap PDRB provinsi Bali.
Namun perkembangan properti pada triwulan I-2020 masih mampu tumbuh positif di tengah kontraksi yang dialami oleh Provinsi Bali.
"Sedangkan pada triwulan lI - 2020, perkembangan inflasi terkait perumahan baik di Indonesia maupun Bali cenderung melandai dan di bawah angka inflasi umum," ujarnya.
Tantangan perkembangan properti ke depan, lanjut Rizki adalah terkait dengan menurunnya pendapatan masyarakat yang dapat menekan kinerja properti residensial serta masih rendahnya tingkat okupansi hotel yang menekan kinerja properti komersial.
"Penyebaran COVID-19 terutama berdampak terhadap perkembangan harga untuk properti residensial di pasar sekunder serta perkembangan properti komersial. Perkembangan harga properti residensial pasar sekunder cenderung menunjukkan perlambatan pertumbuhan harga dalam beberapa waktu terakhir yang diperparah dengan adanya penyebaran COVID-19," ujarnya.
Untuk mendorong perkembangan kredit ke depan, Bank Indonesia telah mengeluarkan kebjakan penurunan suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4,25 persen.
Dalam acara penyampaian diseminasi hasil survei secara virtual itu juga menghadirkan pembicara Ketua REI Bali Gede Suardita dengan materi perkembangan kondisi properti di Bali dan Andy K Natanael dengan materinya perkembangan pasar properti nasional era COVID-19. Acara tersebut juga diikuti oleh Kepala Bappeda Provinsi Bali I Wayan Wiasthana Ika Putra, perwakilan OPD Pemprov Bali, Kadin Bali, pelaku ekonomi dan sebagainya.