Negara (Antara Bali) - Nelayan korban abrasi di Desa Pengambengan, Kabupaten Jembrana kesulitan tempat tinggal, setelah tanah yang mereka tempati habis tergerus air laut.
"Saya hanya memiliki tempat ini, kalau habis karena air laut, tidak tahu harus tinggal dimana," kata Amun, salah seorang warga Dusun Ketapang, Desa Pengambengan yang rumahnya tinggal berjarak 2 meter dari air laut.
Ia mengatakan, empat tahun yang lalu, antara rumahnya dengan laut masih dibatasi jalan dan pantai yang berjarak 100 meter lebih, sehingga dirinya tidak menyangka akan muncul bencana abrasi di wilayah tersebut.
Menurutnya, ombak besar yang menggerus tanah semakin hebat dalam enam bulan belakangan, sehingga mengancam rumahnya serta belasan warga lainnya.
"Sudah banyak warga sini yang pindah. Rata-rata menumpang di rumah saudaranya. Karena dulunya saya merantau kesini, tidak ada saudara yang bisa saya tumpangi," kata laki-laki asal Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur ini.
Ia mengungkapkan, saat malam hari, dimana ombak cenderung membesar, air laut sampai muncrat hingga ke teras rumahnya yang sederhana.
Keputusan untuk bertahan karena tidak memiliki tempat juga dilakukan Parno, warga yang sudah berusia lanjut, yang sebagian pondasi rumahnya sudah tergerus abrasi.
Pantauan di lokasi, Ahmad Ibrahim, menyusul warga korban abrasi lainnya pindah dengan menumpang di tanah mertuanya.
"Saya sudah dua kali mendirikan rumah disini, dua-duanya harus dibongkar karena abrasi. Sementara ini menumpang dulu di tanah mertua," katanya.
Sebelum Ahmad, sudah belasan nelayan terpaksa pindah, yang untuk mendirikan rumah baru mereka harus berhutang karena tidak memiliki biaya.(GBI)