Negara (Antara Bali) - Deretan warung lesehan ikan bakar di Dusun Pabuahan, Desa Banyubiru yang juga menjadi lokasi wisata kuliner Kabupaten Jembrana, hancur dihantam ombak beberapa tahun terakhir.
Pantauan di lokasi, Jumat, ombak besar kembali datang menghancurkan beberapa bangunan warung lesehan termasuk rumah warga, sehingga mereka kalang kabut menyelamatkan perabotan serta material bekas bangunan yang masih bisa digunakan.
"Ombak besar mendadak datang Kamis malam. Warung lesehan saya sekarang habis, padahal Kamis sore saya masih berjualan," kata Marlina, salah seorang pemilik warung lesehan.
Ia mengatakan, ombak besar menyebabkan bangunan berisi enam meja untuk makan lenyap, yang merupakan meja terakhir, setelah sebelumnya ombak selama beberapa tahun mengikis warung lesehan miliknya.
Agar warungnya aman dari ombak, beberapa pemilik berusaha memasang batu yang dimasukkan dalam anyaman tali, namun hal itu tidak banyak membantu.
"Saya sudah habis puluhan juta rupiah untuk memasang batu, tetap saja ombak menghancurkan bangunan warung lesehan saya. Sekarang sudah habis bangunan saya," kata Isti, pemilik warung lesehan lainnya.
Pedagang yang berjualan di Pantai Pabuahan sekitar lima tahun ini tampak kesal, dan menganggap pemerintah sengaja membiarkan warung-warung lesehan di kawasan tersebut lenyap.
Hal itu ia sampaikan dengan alasan, abrasi di Pantai Pabuahan sudah bertahun-tahun terjadi, namun belum ada tindakan apapun dari pemerintah.
Sebagian pemilik warung lesehan ada yang tinggal di lokasi, ada juga yang hanya sebagai tempat usaha, sehingga bagi yang tinggal di tempat itu tidak ada pilihan lain kecuali bertahan meskipun dengan rasa takut.
Kepala Dusun Pabuahan Kanzan mengatakan, di sepanjang pantai ada 200 keluarga, dengan 150 keluarga diantaranya terkena dampak abrasi yang parah.
Dari panjang pantai sekitar dua kilometer, menurutnya, abrasi parah terjadi sekitar satu kilometer, dimana banyak bangunan warga yang hancur bahkan sudah lenyap.
"Akibat ombak besar Kamis malam, sebagian warga ada yang mengungsi karena takut bangunannya roboh. Selain itu, barang-barang di dalam rumah juga dikeluarkan," katanya.
Terkait penanganan dari pemerintah, ia mengatakan, pihak desa sudah berulangkali mengajukan proposal ke pemerintah pusat untuk membangun senderan pemecah ombak, namun sampai saat ini belum terealisasi.
Menurutnya, sekitar tiga bulan lalu institusi terkait sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat di wilayah Bali sudah turun ke lokasi, namun tidak memberikan kepastian kapan abrasi di lokasi tersebut akan diatasi.
"Belum jelas kapan senderan pemecah ombak akan dibangun. Kami diminta untuk berdoa agar secepatnya bisa terlaksana," katanya.(GBI)