Denpasar (Antara Bali) - Iklim belakangan ini merugikan sektor pertanian, namun berkat keuletan petani Bali dalam mengolah lahan, memelihara tanaman dengan memanfaatkan teknologi tepat guna, mampu meningkatkan produktivitas tanaman padi.
"Kami bisa meningkatkan produktivitas padi di sawah menjadi 67 kwintal per hektare, dari sebelumnya hanya berkisar 60 kwintal," kata Made Sadra, seorang petani Subak Batu Kandik di pinggiran Kota Denpasar, Sabtu.
Produktivitas padi hasil panenannya Pekan lalu, bisa meningkat disamping berkat tekad petani untuk menambah pendapatan, juga adanya program UPSUS yang terdiri dari bantuan jaringan irigasi dan bantuan optimasi lahan.
Disamping itu pemerintah juga memberikan berbagai jenis bantuan seperti benih dan pupuk, pengembangan SRI (System of Rice Intensification), traktor roda dua serta bantuan pompa air disamping adanya pendampingan dari penyuluh.
"Produksi padi yang dipanen oleh petani di sini rata-rata bertambah, walaupun selama ini kondisi pemenuhan air irigasi agak berkurang," kata Made Sadra lagi sambil menyebutkan bahwa areal lahan pertanian di tengah-tengah kota ini hanya tersisa 87 hektare.
Sementara itu, Badan Pusat Statistika (BPS) Provinsi Bali dalam laporan terakhirnya menyebutkan bahwa, dalam musim kemarau tahun ini, produktivitas padi milik petani daerah ini justru mengalami kenaikan diperkirakan sebesar 0,65 kwintal/hektar (1,08 persen).
Masih dalam laporan itu menyebutkan bahwa berdasarkan angka ramalan II (ARAM II) 2015, produktivitas padi relatif tinggi (di atas angka provinsi yang mencapai 60,77 kwintal/hektare) berada di lima kabupaten/kota, yakni Denpasar (67,41 kwintal/hektare).
Kabupaten Jembrana yang terkenal daerah kering menghasilkan rata-rata 66,27 kwintal/ hektare, Badung (62,97 kwintal/hektare), Klungkung (61,81 kwintal/hektare), dan Gianyar (61,76 kwintal/hektare).
Jika dilihat dari kontribusinya, dari total produksi padi di tahun 2015 yang diperkirakan mencapai 850.965 ton gabah kering giling (GKG) tersebut, Kabupaten Tabanan memberi kontribusi tertinggi sebesar 24,33 persen atau 207.056 ton GKG.
Kedua adalah Gianyar dengan andil 22,75 persen atau 193.603 ton GKG, dan ketiga adalah Buleleng dengan andil 14,80 persen atau 125.952 ton GKG. Kontribusi kabupaten/kota lainnya berada di bawah 14,80 persen. (WDY)