Denpasar (ANTARA) - Perum Bulog Kantor Wilayah Bali memanfaatkan musim panen akhir tahun atau dikenal musim panen rendeng untuk menyerap gabah petani lokal.
“Kebijakan penyerapan gabah kering panen (GKP) akan berlangsung selama musim panen padi tahun ini hingga akhir tahun,” kata Pemimpin Wilayah Perum Bulog Bali Muhamad Anwar di Denpasar, Kamis.
Hingga akhir September 2025 mereka telah menyerap 571 ton gabah petani lokal, sementara pemerintah menargetkan setidaknya mereka membeli 1.024 ton gabah atau beras petani setempat, sehingga mereka memanfaatkan musim panen untuk memenuhi kekurangan 453 ton.
Sejauh ini gabah kering panen yang paling banyak diserap berasal dari petani lokal di Tabanan yaitu sebanyak 200 ton dan paling sedikit dari Karangasem sebanyak 2 ton, sementara untuk sisa bulan di tahun ini belum dipastikan sebab musim panen biasanya tidak terjadi serentak.
Muhamad Anwar menyampaikan Bulog Bali tetap melaksanakan penyerapan gabah petani dengan harga sesuai HPP yaitu Rp6.500 per kilogram.
Harga ini berlaku untuk gabah kering panen dengan posisi siap angkut di pinggir jalan, sehingga ia meminta petani di Bali dapat berkoordinasi dengan koordinator masing-masing agar produknya segera dapat diambil.
Bulog Bali juga memastikan pihaknya akan langsung membayar di tempat sehingga petani dapat langsung menikmati hasil pertaniannya
“Salah satu poin utama yang menjadikan kebijakan ini sangat membantu petani adalah mekanisme pembayarannya, harga sesuai HPP untuk gabah kering siap angkut dan pembayaran tunai di tempat,” ujar Muhamad Anwar.
Hal ini akan menghilangkan kekhawatiran petani akan penundaan pembayaran, prosesnya juga menjadi mudah karena petani tidak perlu membawa gabah ke gudang.
"Ini adalah upaya kami untuk memperkuat ketahanan pangan di Bali khususnya, kami juga mengimbau seluruh petani di Bali untuk memanfaatkan kesempatan ini, penyerapan ini berlaku untuk seluruh sentra produksi padi di kabupaten/kota se-Provinsi Bali,” ujar Muhamad Anwar.
