Nusa Dua (Antara Bali) - Menteri Pertahanan Ryamizad Ryacudu menyatakan bahwa kedokteran militer dunia menghadapi tantangan berat pada masa mendatang mengingat masih banyak terjadi konflik bersenjata dan bencana alam di beberapa negara.
"Krisis kemanusiaan baik karena konflik bersenjata, bencana alam maupun akibat ulah manusia akan terus ada yang merupakan tantangan kedokteran militer," katanya saat menutup Konferensi Kedokteran Militer Dunia (ICMM) ke-41 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Jumat.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu menambahkan bahwa tantangan tersebut merupakan ancaman nyata suatu bangsa sekaligus menjadi kesempatan bagi negara untuk memberikan kontribusi.
Komite Internasional Kedokteran Militer (ICMM) saat ini diemban oleh Indonesia setelah sebelumnya berada di tangan Saudi Arabia.
Purnawirawan jenderal itu menyatakan bahwa selama keketuaan Indonesia dua tahun mendatang, ia mengharapkan akan ada kemajuan bagi tenaga medis dan dokter militer Tanah Air.
"Selama dua tahun ini kami berharap semakin menjadikan dokter militer tanggap Indonesia mampu dan profesional menghadapi penyakit canggih," ucapnya.
Penyakit "canggih" tersebut yakni ebola yang menjadi salah satu topik bahasan dalam konferensi dua tahun sekali itu.
Penyakit akibat virus tersebut sebelumnya berkembang biak di negara-negara di kawasan Afrika Barat dan meluas ke sejumlah negara.
Untuk itu pihaknya mengharapkan melalui konferensi ini ada kerja sama antarnegara didalam memerangi penyakit ebola dan penyakit lainnya.
"Kerja sama antarnegara mudah-mudahan tercapai dan menambah ilmu pengetahuan serta berbagi pengalaman karena yang datang adalah para ahli yang bisa bertukar pelajaran," katanya. (DWA)
Kedokteran Militer Dunia Hadapi Tantangan Berat
Jumat, 22 Mei 2015 16:24 WIB