Nusa Dua, Bali (Antara Bali) - Komite Internasional Kedokteran Dunia (ICMM) tidak mencampuri terkait kontroversi tes keperawanan yang dilakukan kepada calon taruni yang hendak memasuki militer.
"ICMM itu organisasi netral bukan berdasarkan politik. Kami tidak mengintervensi itu (kontroversi tes keperawanan)," kata Sekretaris Jenderal ICMM, Mayor Jenderal (Purn) Roger Van Hoof ditemui usai pembukaan Konferensi Kedokteran Militer Dunia (ICMM) di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Senin.
Van Hoof menyatakan bahwa organisasi yang bermarkas di Belgia itu hanya memberikan kesempatan kepada negara anggota untuk melakukan pertukaran informasi pengetahuan menyangkut kedokteran militer serta bertukar pengalaman antar anggota.
"ICMM tidak memiliki pendapatan terkait hal itu, itu bukan bidang ICMM," tegasnya.
Sementara itu Kepala Pusat Kesehatan TNI, Mayor Jenderal TNI Daniel Tjen menolak berkomentar lebih lanjut terkait pro dan kontra pelaksanaan tes keperawanan bagi calon taruni sebagai bagian dari tes kesehatan.
"Bukan kompetensi saya untuk menjawab hal itu," tegasnya sembari menyatakan bahwa tes keperawanan bukan menjadi salah satu materi bahasan dalam konferensi ke-41 tersebut.
Daniel mengungkapkan bahwa tes kesehatan bagi calon prajurit TNI merupakan kebijakan seiap negara untuk menjaring calon taruna dan taruni yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Sebelumnya tes keperawanan kepada calon taruni TNI menjadi sorotan dunia khususnya lembaga internasional yang memperjuangkan hak asasi manusia dan hak perempuan.
Sorotan pertama datang dari lembaga HAM, Human Right Watch Group (HRWG) yang mengeluarkan laporan dengan mewawancarai 11 perempuan, baik yang masih aktif maupun sudah pensiun di TNI dari semua angkatan.
Dikatakan bahwa tes tersebut dilakukan oleh dokter pria yang dinilai diskriminatif.
Laporan tersebut kemudian dikutip oleh sejumlah media internasional yang menyoroti tes keperawanan saat hendak memasuki calon anggota militer. (WDY)