Denpasar (ANTARA) - Sebanyak 500 pelajar mulai merasakan Program Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS) yang dicanangkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali.
Gubernur Bali Wayan Koster dalam keterangan di Denpasar, Rabu, program tersebut yang secara khusus bertujuan memperluas akses pendidikan tinggi bagi keluarga miskin dan miskin ekstrem.
Dalam pelaksanaannya Pemprov Bali menggandeng 26 perguruan tinggi negeri dan swasta di Bali sebagai mitra program.
“Program Satu Keluarga Satu Sarjana ini adalah komitmen saya untuk memastikan anak-anak Bali dari keluarga tidak mampu tetap bisa mengenyam pendidikan tinggi. Pendidikan adalah kunci utama membangun SDM Bali yang unggul dan berdaya saing,” kata Koster.
Pada tahun 2025 ini Program SKSS menargetkan terdaftarnya 3.000 mahasiswa, namun kurangnya sosialisasi serta waktu yang terbatas, yang terdaftar sekitar 1.000 calon mahasiswa dari sembilan kabupaten/ kota se-Bali.
Dari 1.000 calon mahasiswa tersebut terdapat calon mahasiswa yang sudah menerima bantuan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK), sehingga khusus untuk Program SKSS diberikan kepada 500 mahasiswa dari seluruh kabupaten/kota di Bali.
Adapun bantuan yang diberikan Pemprov Bali berupa biaya hidup bulanan sebesar Rp1,4 juta bagi mahasiswa yang menempuh pendidikan di Denpasar dan Badung, serta Rp1,2 juta bagi mahasiswa di kabupaten lainnya.
“Khusus mahasiswa Universitas Terbuka (UT), bantuan biaya hidup sebesar Rp750 ribu per bulan karena tidak memerlukan biaya kos,” ucap Koster.
Selain itu Pemprov Bali juga memberikan dukungan Uang Kuliah Tunggal (UKT) maksimal Rp1 juta per semester serta biaya pendaftaran maksimal Rp300 ribu.
“Program ini memang belum sepenuhnya menjawab seluruh kebutuhan, tetapi setidaknya meringankan beban biaya hidup dan pendidikan mahasiswa. Pemprov Bali juga bekerja sama dengan perguruan tinggi agar biaya kuliah bisa ditekan dan lebih terjangkau,” ujarnya.
Dalam pelaksanaan perdana Program SKSS ini, Gubernur Koster bersyukur karena respons perguruan tinggi mitra pemerintah sangat positif.
Melihat semangat yang sama, pihaknya berkomitmen melakukan sosialisasi lebih awal mulai tahun 2026 agar program ini dapat menjangkau lebih banyak keluarga sasaran secara optimal.
“Mulai 2026, sosialisasi kita lakukan lebih awal supaya lebih banyak keluarga miskin dan miskin ekstrem yang bisa memanfaatkan program ini. Prinsipnya jelas, satu keluarga ditanggung satu sarjana oleh Pemprov Bali,” ucapnya.
Kepada 500 pelajar yang diterima di 26 perguruan tinggi se-Bali itu, Koster berpesan bahwa ilmu pengetahuan adalah kekayaan yang abadi, sehingga mereka diharapkan dapat mengikuti perkuliahan dengan baik, rajin belajar, tekun, dan meraih prestasi setinggi-tingginya.
Ke depan Pemprov Bali juga menyiapkan akselerasi pendidikan hingga jenjang S2 dan S3 sebagai bagian dari strategi jangka panjang pembangunan SDM Bali. Koster mengajak mahasiswa penerima SKSS untuk tidak berhenti pada jenjang sarjana dan terus meningkatkan kapasitas diri menghadapi kompetisi yang semakin ketat.
