Denpasar (ANTARA) - Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan skema program satu keluarga satu sarjana akan diumumkan pekan depan.
“Sekarang lagi dibahas mekanismenya oleh tim, saya kira minggu depan sudah diekspos untuk rekrutmen (mahasiswa) bulan Agustus,” kata Koster di Denpasar, Rabu.
Untuk menjalankan program ini Pemprov Bali telah bekerja sama dengan 20 perguruan tinggi, di mana pembiayaan perkuliahan selain dari kampus juga akan didukung dengan menggunakan APBD Provinsi Bali.
Program ini ditargetkan dapat dimulai pada penerimaan mahasiswa tahun ini, sebab sebelumnya Gubernur Koster sudah sempat berkomunikasi dengan pimpinan-pimpinan perguruan tinggi se-Bali dan membentuk tim kerja.
“Nanti tergantung jumlahnya, targetnya tahun ini 3.000 mahasiswa, tidak tahu akan tercapai berapa dari keluarga yang miskin dengan data yang konkrit, namanya, alamat rumahnya, keluarganya kondisinya seperti apa dengan fotonya, itu akan disiapkan oleh dinas sosial,” ujar Gubernur Koster.
Dalam agenda peresmian di kampus Universitas Terbuka (UT) Denpasar, Koster mengatakan telah memetakan kuota yang disepakati bersama perguruan tinggi.
Baca juga: Pemprov dan kampus di Bali sepakat dirikan satu keluarga satu sarjana
Jumlah yang mampu ditampung tiap kampus adalah 100-200 mahasiswa dengan harapan salah satunya yaitu Universitas Terbuka dapat lebih dari jumlah tersebut.
“Kalau UT kan tidak pakai umur, tapi kalau di tempat lain bagi lulusan yang baru, ini terutama untuk lingkungan terdekat di Denpasar, juga yang jauh Jembrana, Bangli, Karangasem, atau di daerah jadi bisa belajar dari tempatnya, kan kalau terbuka memungkinkan kan jarak jauh,” ujarnya.
Berdasarkan diskusinya dengan para rektor, dalam program satu keluarga satu sarjana terdapat beberapa skema salah satunya kampus mengakomodasi mahasiswa dengan menggratiskan sepenuhnya biaya kuliah.
Perguruan tinggi dapat memanfaatkan jatah program Indonesia Pintar untuk calon mahasiswa yang di keluarganya belum terdapat sarjana dan memiliki niat untuk berkuliah.
Skema lainnya perguruan tinggi memberi subsidi Rp500 ribu tiap semester kemudian biaya kehidupan pelajar ditanggung Pemprov Bali.
“Kosnya, hidup bulanannya, ditanggung APBD Bali, jadi berbagi, dan ini akan mulai dilaksanakan tahun 2025 ini, Agustus kan mulai tahun ajaran baru,” kata gubernur.
Jika program satu keluarga satu sarjana berhasil, menurut dia, akan membangun sumber daya manusia Bali yang semakin unggul dan menaikkan partisipasi kasar masuk perguruan tinggi.
Dari catatannya, angka partisipasi kasar masuk perguruan tinggi di Bali masih di bawah 40 persen, sementara targetnya mencapai 50 persen.
“Di periode kedua ini dalam rangka mempercepat angka partisipasi kasar masuk perguruan tinggi harus melakukan percepatan di Bali, dan lulusan SMA/SMK Tahun 2025 ini 61 ribu lebih,” ucap Koster.
Baca juga: STAHN Mpu Kuturan buat program Satu Keluarga Satu Sarjana