Denpasar (Antara Bali) - Para Nelayan di Desa Kelan, Kabupaten Badung, Bali, jarang melaut sejak musim paceklik, yaitu awal Desember 2014 hingga diperkirakan akhir Maret 2015.
"Saya sejak musim paceklik itu jarang sekali melaut. Karena tangkapan ikan sangat sedikit dibanding biaya operasional yang cukup tinggi mencapai Rp300 ribu sekali berlayar," kata seorang nelayan Wayan Suwala di Kelan, Bali, Jumat.
Ia mengatakan bahwa selama musim paceklik tersebut, para nelayan mengisi waktu senggangnya untuk memperbaiki "jukung" atau perahu tradisional untuk mempersiapkan musim melaut sekitar awal April mendatang.
"Para nelayan mengisi hari kosong tidak melaut tersebut, saya dan kawan-kawan memperbaiki jala dan perahu, sehingga saat melaut diharapkan tidak ada kendala," ucapnya.
Dikatakan musim paceklik setiap tahun dialami para nelayan, karena kondisi itu harus bisa melakukan penghematan biaya hidup saat musim melaut dengan melakukan sedikit memyisihkan penghasilannya.
Sementara itu, Dosen Fakultas Pertanian, Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Warmadewa Denpasar Ir Gede Sudiarta berharap Pemerintah Provinsi Bali mendorong para nelayan untuk berperan aktif dalam mengembangkan kawasan minapolitan atau kota ikan sebagai upaya peningkatan pendapatan masyarakat pesisir. (WDY)