Gianyar (Antara Bali) - Pascalebaran wisatawan domestik dan asing ramai berkunjung ke kawasan wisata Taman Gajah Taro Di Desa Taro, Kecamatan/Kabupaten Tegallalang, Bali.
"Pascahari Lebaran ini, objek wisata naik gajah di Taman Gajar Taro ramai dikunjungi wisatawan domistik dan asing," kata Manager Operasional Taman Gajah Taro, Dedy Ramlan kepada ANTARA, Minggu.
Ia mengatakan peningkatan kunjungan ke taman wisata gajah yang terletak kurang lebih 40 kilometer dari Kota Denpasar itu meningkat pascahari Lebaran. "Umumnya mereka yang datang karena ingin naik gajah keliling di hutan Desa Taro," katanya.
Selain menikmati berwisata dengan gajah keliling hutan, kata Dedy, wisatawan juga akan melihat atraksi gajah seperti gajah main sepak bola serta gajah mandi di kolam. "Atraksi bermain dengan gajah itu ditampilkan kepada pengunjung selama 30 menit," katanya.
Usai menikmati atraksi gajah, ujar Dedy, wisatawan juga disediakan penginapan berupa 'pondok hutan' yang berada di areal lokasi Taman Gajah Taro.
"Sambil menikmati keindahan alam di Desa Taro, wisatawan juga akan merasakan kedamaian menginap di hutan itu," katanya.
Diprediksi peningkatan kunjungan wisatawan domistik itu, kata Dedy, akan berlangsung sampai seminggu usai hari Lebaran.
Ia menjelaskan untuk harga tiket bagi wisatawan domestik dikenai biaya 31 dollar, sedangkan untuk anak-anak sebesar 21 dollar AS. "Biaya ini sudah termasuk tiket masuk, menonton atraksi gajah selama 30 menit, serta 'tracking' gajah," ujarnya.
Sementara untuk wisatawan asing dikenai harga tiket 86 dollar.
Jika wisatawan mau menginap di pondok taman Gajah Taro dikenai biaya 200-300 dolar per malam. "Harga itu sudah termasuk pajak serta sarapan di restauran sambil melihat gajah," ujarnya.
Selain menikmati wisata gajah, ujar Dedy, wisatawan juga bisa menikmati sekelompok binatang sapi atau lembu bewarna putih di hutan di desa Taro.
"Binatang ini sangat dikeramatkan dan disucikan oleh masyarakat sekitarnya maupun masyarakat Bali pada umumnya," katanya.
Ia menambahkan alasan binatang itu dikeramatkan karena sering dipakai untuk sarana pelengkap upacara agama di Bali seperti upacara Ngasti sebagai upacara persembahan kepada Tuhan. (*/T007)