Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar akan menggelar diskusi seni rupa memeriahkan pameran dua perupa "art brut Indonesia", Minggu, 21 Desember 2014.
"Diskusi itu menampilkan kurator pameran yang terdiri atas George Breguet, Made Budhiana dan Jean Couteau," kata penanggung jawab pameran tersebut Putu Aryastawa di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, selain itu juga tampil Nawa Tunggal yakni jurnalis yang juga adik Dwi Putro yang menggelar pameran tersebut bersama Ni Nyoman Tanjung. Pamerannya sendiri berlangsung selama seminggu, 21-27 Desember 2014.
Dialog tersebut akan menelaah perihal keberadaan seniman-seniman terpinggirkan atau outsider art, yang mencipta dan berkarya di ambang batas ketaksadaran.
Dalam dunia senirupa, dikenal dengan istilah art brut, yang dalam sejarahan juga mewarnai kehidupan seni secara keseluruhan.
Bahkan dalam perkembangannya telah berdiri Museum Art Brut di Lausanne, Swis, yang mengoleksi karya-karya yang diciptakan oleh mereka yang dipandang mengalami gangguan psikis atau skizofrenia, termasuk karya-karya Ni Tanjung, yang belum lama ini dipamerkan besar-besaran di museum tersebut.
Menurut Putu Aryastawa, diskusi kali ini juga didasari oleh peristiwa pada bulan Agustus 2014, yakni pameran fotografi internasional di BBB mengenai fenomena orang-orang terpasung.
Melalui kacamata 13 fotografer lintas negara tersebut dihadirkan beragam ekspresi penderita gangguan mental, suasana lingkungan terpasung, peralatan pasungan, kondisi tubuh terpasung, penanganan medis, hingga kesembuhan.
Dalam diskusi itu juga akan membahas perihal posisi para seniman yang terpinggirkan dalam dunia seni rupa Indonesia dan dunia, termasuk perkembangan seni rupa art brut internasional.
Selain itu, muncul pula pertanyaan sungguhkan seni-seni yang dianggap art brut atau yang sepenuhnya mencerminkan orisinalitas senimannya hanya dapat dilahirkan melalui fenomena gangguan mental atau alam bawah sadar, ujar Putu Aryastawa. (WDY)