Denpasar (Antaranews Bali) - Bentara Budaya Bali merancang kelas kreatif dan lokakarya "doodle art" atau seni mencorat-coret yang belakangan kian akrab di kalangan generasi milineal, dengan menggandeng Komunitas Full of Doodle Art.
"Bukan sekadar corat coret biasa, doodle art merupakan gambar dalam bentuk-bentuk imaginatif dan beragam, biasanya bersifat abstrak namun ada pula yang dibuat demikian rapi. Aneka kreasi doodle art dapat ditemui dalam pelbagai medium, misalnya digunakan sebagai motif desain fashion, motif tas, kemasan dan masih banyak lainnya," kata Ni Wayan Idayati, Pengelola Program Bentara Budaya Bali, di Denpasar, Jumat.
Kelas kreatif yang bekerja sama dengan Komunitas Full Of Doodle Art (FOD) itu akan digelar di Bentara Budaya Bali (BBB) di Ketewel, Gianyar, pada Sabtu (8/12) dengan menghadirkan narasumber Yessi Nur Mulianawati (Yessiow), pendiri Komunitas FODA Indonesia serta Ida Bagus Herry Yasmana dari Komunitas FODA Bali.
"Nama Yessiow tentu sudah tidak asing dalam pergaulan seni, khususnya kalangan pegiat doodle art. Yessiow merupakan lulusan Desain Komunikasi Visual, Telkom University, Bandung. Dia menggunakan doodle art sebagai media pilihannya karena dia merasa ide dan imajinasinya paling baik diekspresikan dalam bentuk makhluk dan ornamen," ujar Idayati.
Karya-karyanya sangat khas melalui penggunaan imaji berani yang dikombinasikan dengan warna-warna pastel, yang telah menjadi ciri khasnya. Selain aktif terlibat dalam pameran di berbagai acara, Yessiow juga mendirikan salah satu komunitas doodle terbesar di Indonesia, yaitu FODA (Full of Doodle Art) pada tahun 2012 yang kini telah berkembang di 10 kota.
Secara rutin FODA melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain pameran, lokakarya hingga saling berbagi pengalaman.
Komunitas ini memiliki keinginan yang kuat untuk memperkenalkan doodle art kepada khayalak luas dan ingin mengubah pandangan orang-orang bahwa doodle art adalah salah satu pengayaan yang perlu dipandang penting.
"Sejumlah sumber menyebutkan bahwa istilah 'doodle' pertama kali muncul pada awal abad ke-17 dan diyakni berasal dari bahasa Jerman atau Nudeltopf Dusseldorf yang berarti bodoh atau kebodohan. Makna kata tersebut juga hadir dalam lagu 'Yankee Doodle; yang awalnya dinyanyikan oleh pasukan kolonial Inggris sebelum Perang Revolusi Amerika," ujarnya.
Sementara itu, pemaknaan "doodle" sebagai bagian dari komunitas kreatif mengalami perluasan pemahaman selaras dengan era modern dan kontemporer.
Oleh karena itu, lanjut Idayati, kelas kreatif Bentara kali ini akan membahas perihal seluk beluk "doodle art" berikut perkembangannya di Indonesia, juga bentuk-bentuk kreasinya serta perbedaannya dengan grafiti, mural atau zentangle.
"Selain langkah-langkah membuat doodle, diulas pula mengenai potensi dari ragam seni ini di masa mendatang, khususnya dalam bentuk-bentuk kreasi yang lintas bidang, serta bagaimana komunitas doodle art ini dapat berkembang dengan cukup masif di Indonesia," katanya.
Bentara Budaya rancang kelas kreatif "DoodleArt"
Jumat, 7 Desember 2018 14:01 WIB