Gianyar (Antaranews Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB) bekerja sama dengan Komunitas Salihara mendiskusikan khazanah perkembangan mutakhir seni rupa bertajuk "Melampaui Seni Patung" dengan menghadirkan narasumber sastrawan sekaligus kurator Nirwan Dewanto.
"Pada dua dasawarsa terakhir, khazanah dunia seni rupa telah membongkar batas-batasnya sendiri. Ini bukan hanya imbasan dari gejolak seni rupa internasional, tetapi juga indikator bahwa berbagai sektor masyarakat kita sedang mengejar ekspresi budaya yang baru," kata Nirwan dalam diskusi tersebut, di Gianyar, Senin malam.
Menurut Nirwan, seni patung tak terkecuali, tertantang oleh berbagai bentuk, medium dan juga disiplin yang tak lagi dapat dirangkum oleh seni tersebut.
"Melalui berbagai contoh karya seni patung terkini, juga mengemuka fenomena penggunaan bahan yang tidak diakui oleh seni patung konvensional, kini malah makin terdepankan," ucapnya yang juga Direktur Program Komunitas Salihara itu.
Selain itu, makin dominan pula "rekayasa" ketimbang memahat dan mencetak, meleburkan batas antara seni patung, kriya, desain dan berbagai disiplin lain.
Tidak ketinggalan, lanjut Nirwan, masuknya berbagai pihak "non-seniman" menjadi kreator-produser, yang semua itu niscaya memerlukan bukan hanya penamaan baru, namun juga gelanggang penilaian yang juga baru.
Oleh karena itu, menanggapi perkembangan senirupa, khususnya seni patung tersebut, Komunitas Salihara telah ?mengadakan Kompetisi Karya Trimatra yang digelar tiga tahunan sejak 2013.
Secara lebih khusus, kompetisi tersebut bermaksud merangsang daya cipta di kalangan seniman muda, yaitu mereka yang berusia di bawah 35 tahun.
Nirwan Dewanto menambahkan, karya-karya trimatra juga adalah cara memandang perkembangan seni patung, atau seni rupa pada umumnya.
Penciptaan sebuah karya ialah juga sindiran terhadap seni patung, terhadap berbagai upayanya (yang sering sia-sia) untuk mencari esensi, namun juga terhadap ekses pembongkaran konvensi yang kerap berujung pada prinsip apapun itu.
Pada penyelenggaraan yang kedua pada tahun 2016, Kompetisi Trimatra Salihara berhasil menyaring 166 perupa muda dan terpilih tiga orang pemenang yang hadiahnya mendapatkan kesempatan residensi.
Mereka adalah Suryo Herlambang (Juara 1), Reza Zefanya Mulia (Juara 2), dan Ajeng Martia Saputri (Juara 3). Suryo Herlambang melakukan residensi di The Pickers Hut Glaziers Bay, Tazmania, Australia, sementara dua perupa lainnya yakni Reza Zefanya Mulia dan Ajeng Maria Saputri residensi di Tentacles Art Space, Bangkok, Thailand.
Kini, Kompetisi Trimatra akan dibuka kembali, batas waktu pendaftaran adalah 3 Desember 2018 hingga 9 Maret 2019. Kompetisi terbuka bagi warga negara Indonesia yang pada 31 Desember 2019 belum berusia 35 tahun. (WDY)
Baca juga: 28 perupa tampilkan "Kama Bang Kama Petak"
Baca juga: BBB gelar pameran "Sang Subjek" libatkan 50 perempuan
Baca juga: BBB-Gapura Digital gelar kelas kreatif
Bentara Budaya Bali diskusikan "melampaui seni patung"
Rabu, 10 Oktober 2018 5:25 WIB